Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arah Koalisi Tak Sejalan, Islah Kubu Aburizal dan Agung Diprediksi "Deadlock"

Kompas.com - 08/01/2015, 11:01 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Ketua Bidang Komunikasi, Media, dan Penggalangan Opini DPP Partai Golkar Tantowi Yahya memprediksi perundingan antara dua kubu di dalam Partai Golkar akan buntu. Perundingan itu rencananya akan digelar pada Kamis (8/1/2015) sore di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi.

Tantowi menjelaskan, ada dua permintaan dari pengurus Golkar hasil Musyawarah Nasional (Munas) Ancol yang tidak dapat dipenuhi oleh pengurus Golkar hasil Munas Bali.

Dua permintaan itu adalah keluar dari Koalisi Merah Putih dan masuk sebagai partai pendukung pemerintah. (Baca: Kubu Aburizal Tolak Permintaan Kubu Agung untuk Keluar dari KMP)

Menurut Tantowi, permintaan pengurus Golkar hasil Munas Ancol yang dipimpin Agung Laksono tak akan diterima karena bergabung dalam KMP dan mengambil sikap di luar pemerintahan adalah keputusan yang ditetapkan oleh Munas Bali.

Jika dua sikap itu akan diubah, hal tersebut harus diputuskan dalam forum setingkat munas atau minimal di rapat pimpinan nasional.

"Ini yang membuat perundingan menuju islah nanti sore menurut saya akan deadlock," kata Tantowi, saat dihubungi, Kamis siang.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI itu melanjutkan, Golkar akan tetap bersama KMP dan mendukung program pemerintah yang sejalan dengan keinginan rakyat dan sesuai dengan mukadimah UUD 1945. Ia memastikan, Golkar saat ini ingin menjadi mitra strategis pemerintah yang kritis dan solutif.

"Berada di luar pemerintahan dan di dalam KMP adalah kehendak peserta munas yang notabene adalah pemilik Partai Golkar. Sikap tersebut tidak bisa dianulir atau diubah oleh juru runding," katanya.

Sebelumnya, perundingan menuju islah dilakukan pada 23 Desember 2014. Masing-masing kubu mengutus juru rundingnya dan menyepakati beberapa poin, di antaranya adalah mendukung pilkada langsung.

Perundingan menemui jalan buntu ketika kubu Agung meminta Golkar keluar dari KMP dan bergabung dalam barisan partai pendukung pemerintah. (Baca: Kubu Agung Laksono Bekali Juru Runding soal "Harga Mati" Negosiasi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Nasional
[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

Nasional
Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Nasional
Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem 'Back Up' Data Cepat

Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem "Back Up" Data Cepat

Nasional
Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Nasional
4 Bandar Judi 'Online' Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

4 Bandar Judi "Online" Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

Nasional
Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Nasional
Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Nasional
Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk 'Back Up' Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk "Back Up" Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Nasional
Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Nasional
Bantah Hasto Menghilang Usai Diperiksa KPK, Adian Pastikan Masih Berada di Jakarta

Bantah Hasto Menghilang Usai Diperiksa KPK, Adian Pastikan Masih Berada di Jakarta

Nasional
Dirjen Imigrasi Enggan Salahkan Siapapun Soal Peretasan: Sesama Bus Kota Enggak Boleh Saling Menyalip

Dirjen Imigrasi Enggan Salahkan Siapapun Soal Peretasan: Sesama Bus Kota Enggak Boleh Saling Menyalip

Nasional
Adian Sebut PDI-P Siap jika Jokowi 'Cawe-cawe' di Pilkada 2024

Adian Sebut PDI-P Siap jika Jokowi "Cawe-cawe" di Pilkada 2024

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Kembalikan Uang Rp 600 Juta

KPK Sebut Keluarga SYL Kembalikan Uang Rp 600 Juta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com