Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Aklamasi

Kompas.com - 02/01/2015, 23:05 WIB

Inilah berbagai wujud sandiwara perpolitikan partai di negeri kita yang mencapai klimaksnya akhir-akhir ini.

Berbeda dengan pengambilan keputusan secara aklamasi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang menyangkut sebuah undang-undang atau pelaksanaan fungsi lain DPR, aklamasi dalam pemilihan orang sering lebih dekat kepada sikap totaliter. Dalam sistem politik totaliter, pemilihan difungsikan sekadar sebagai sarana pengesahan calon tunggal yang ditetapkan terlebih dahulu oleh partai tunggal. Sementara aklamasi atau konsensus dalam proses pengambilan keputusan oleh wakil rakyat sering kali lebih berguna untuk bangsa karena dapat seluas mungkin menampung berbagai aspirasi masyarakat yang beragam, termasuk aspirasi kelompok minoritas, sekaligus terhindar dari kemungkinan perseteruan kelompok yang dapat mengganggu jalannya penyelenggaraan negara.

Salah satu akibat terburuk dari calon tunggal dengan aklamasi adalah tersendatnya regenerasi kepemimpinan partai. Elite senior partai yang telah menancapkan kukunya di partai jarang yang rela melepas kedudukannya dan menyerahkan estafet kepemimpinan kepada generasi berikut yang lebih muda. Generasi senior partai biasanya hanya akan turun apabila terpaksa atau dipaksa oleh keadaan. Atau mundur dengan menyerahkan kekuasaan kepada ”putra mahkota” yang telah disiapkan seperti praktik UMNO sebagai bagian utama dari Barisan Nasional Malaysia yang sampai kini telah berkuasa selama tidak kurang dari 57 tahun di sana.

Dominasi partai yang dikangkangi oleh segelintir elitenya juga berpotensi mematikan semangat warga negara yang mumpuni untuk berpartisipasi dalam kancah perpolitikan. Akhirnya partai hanya diisi kader-kader kelas dua atau kelas tiga yang melihat partai politik hanya sebagai tempat mencari nafkah, bukan sebagai institusi yang dirancang untuk menyalurkan aspirasi dan keyakinan ideologinya. Partai kemudian menjadi sejenis institusi keluarga atau korporasi yang pragmatis dan tak jelas misinya.

Harapan satu-satunya tinggal pada beberapa gelintir pemuda berintegritas dan bervisi yang masih tersisa di beberapa partai politik, dan sejauh ini termarjinalkan karena sikapnya yang independen. Hanya ketika mereka berani bangkit dan berjuang untuk sebuah demokrasi yang sehat, kita bisa berharap akan sembuhnya partai-partai politik kita dari sakitnya yang tampak sudah mulai menahun.

Abdillah Toha
Mantan Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com