Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Segera Tentukan Status "Manusia Perahu"

Kompas.com - 03/12/2014, 10:49 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana memberikan solusi penanganan ratusan 'manusia perahu' yang terdampar di Perairan Derawan, Berau, Kalimantan Timur.

"Untuk menyelesaikan masalah ini ada sejumlah langkah yang perlu dilakukan," kata Hikmahanto dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (3/12/2014), seperti dikutip Antara.

Pertama, kata Hikmahanto, aparat penegak hukum dalam hal ini polisi dan petugas Imigrasi perlu memastikan bahwa mereka adalah nelayan tradisional. Mereka harus dipastikan bukan orang-orang yang sekedar menggunakan kedok nelayan tradisional atau nelayan tradisonal yang diorganisasikan oleh suatu mafia. (baca: Manusia Perahu: Saya Bersedia Ditembak jika Kembali ke Indonesia)

"Kepastian ini perlu dilakukan karena bila mereka nelayan tradisional maka pemerintah dapat melepas mereka. Nelayan tradisional dijamin untuk melakukan penangkapan ikan tanpa dibatasi oleh wilayah laut negara," ujarnya.

Ia mengatakan, nelayan tradisional tentu melakukan penangkapan ikan dalam batas-batas untuk menafkahi hidupnya. Nelayan tradisional bukan nelayan yang memilih jenis ikan tangkapan, apalagi melakukan penjualan ke para pelaku usaha yang sudah menunggu dibatas laut wilayah Indonesia. (baca: Manusia Perahu: Kalau Pulang ke Malaysia, Kami Dikejar, Dibunuh)

Kedua, untuk menentukan kewarganegaraan, buku paspor tidak dapat dijadikan rujukan. Terpenting adalah menyelidiki dari mana asal mereka dan bahasa apa yang digunakan.

Bila diketahui asal dan bahasa yang digunakan, pemerintah dapat meminta wakil Kedutaan Besar untuk datang dan memastikan bahwa mereka adalah warga negara mereka. (baca: Pemprov Kaltim: Manusia Perahu Harus Keluar dari Indonesia)

"Jika sudah jelas asal negara mereka, maka pemerintah meminta agar pemerintah negara tersebut membiayai kepulangan mereka. Sementara kapal yaang digunakan ditenggelamkan," tegasnya.

Ketiga, agar tidak membebani APBN karena harus memberi makan dan berbagai kebutuhan hidup, maka pemerintah segera menentukan status mereka. Jika ternyata nelayan tradisional, mereka diperbolehkan berlayar kembali. (baca: Nelayan Asing di Berau Dipulangkan Tanpa Perahu)

Sebelumnya, Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo mengaku belum mempunyai solusi dan sulit memulangkan 600 orang di yang terdampar di Perairan Derawan, Berau, Kalimantan Timur (Kaltim) karena tidak memiliki identitas kewarganegaraan asal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Nasional
Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Nasional
KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

Nasional
Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-'reshuffle' Kapan Pun

Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-"reshuffle" Kapan Pun

Nasional
Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Nasional
Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Nasional
5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: 'Fast Track' hingga Fasilitas buat Lansia

5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: "Fast Track" hingga Fasilitas buat Lansia

Nasional
Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Nasional
Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Nasional
Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Nasional
Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Nasional
Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Nasional
PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

Nasional
Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Nasional
Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com