BERAU, KOMPAS.com — Namurati, salah satu manusia perahu yang ditangkap aparat Indonesia, mengaku tidak mau pulang ke desa asalnya di Malaysia. Ia dan 543 manusia perahu lainnya kini ditampung di tempat penampungan lapangan Bulalung, Kecamatan Pulau Derawan, Kampung Tanjung Batu, Kabupaten Berau, Kalimantan Utara.
"Saya tidak mau (pulang ke Malaysia). Kalau pulang, kami dikejar, dibunuh," ujar Namurati di tempat penampungan, Rabu (26/11/2014).
Namurati diam saja saat ditanya siapa yang akan berbuat seperti itu kepada dia dan anak istrinya. Sama seperti ratusan manusia perahu lainnya, Namurati tidak bisa berbahasa Indonesia. Dia hanya dapat berkomunikasi dengan bahasa Suku Bajo.
Komunikasi Namurati dengan Kompas.com dibantu oleh penduduk setempat yang mengerti bahasa mereka. Namurati ditangkap di perairan Balikukup, salah satu pulau kecil di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Dia ditangkap dalam satu kapal kayu bersama empat anak serta satu istrinya yang tengah mengandung, dengan usia kandungan empat bulan.
Namurati mengaku tidak ingat jelas berapa lama dia berada di laut. Dia menyebut, kemungkinan, satu minggu lebih. Sebelumnya, dia mengaku tinggal di Samporna, Malaysia.
"Namun, tidak punya kartu identitas," ujar dia.
Untuk bertahan hidup di laut, Namurati membeli bahan makanan, seperti singkong, ubi, beras, gula, dan kopi, di pulau-pulau kecil di Berau. Bahan-bahan makanan itu diolah di perahu kayu yang diakuinya dibeli di Pulau Balikukup, salah satu pulau di Berau.
Namurati menampik menjual hasil lautnya di Malaysia. Menurut dia, seluruh hasil laut yang dicurinya dari perairan Indonesia kemudian dijual di Pulau Balikukup. Uang hasil penjualan ikan itu diputar kembali untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Namurati ingin tetap bisa melaut di perairan Indonesia. Menurut dia, hasil laut di perairan Indonesia sangat banyak.
Manusia perahu adalah warga Suku Bajo yang ditangkap satuan keamanan laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, TNI, dan Polri beberapa waktu lalu. Mereka tidak terdaftar sebagai warga negara Indonesia. Mereka kebanyakan berasal dari Samporna di Malaysia dan Filipina.
Pemerintah Indonesia menganggap mereka mencuri hasil laut Indonesia untuk dijual ke negara lain berdasarkan bukti-bukti yang ada. Rencananya, mereka akan dikembalikan ke asalnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.