Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manusia Perahu: Kalau Pulang ke Malaysia, Kami Dikejar, Dibunuh

Kompas.com - 26/11/2014, 13:53 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


BERAU, KOMPAS.com
 — Namurati, salah satu manusia perahu yang ditangkap aparat Indonesia, mengaku tidak mau pulang ke desa asalnya di Malaysia. Ia dan 543 manusia perahu lainnya kini ditampung di tempat penampungan lapangan Bulalung, Kecamatan Pulau Derawan, Kampung Tanjung Batu, Kabupaten Berau, Kalimantan Utara.

"Saya tidak mau (pulang ke Malaysia). Kalau pulang, kami dikejar, dibunuh," ujar Namurati di tempat penampungan, Rabu (26/11/2014).

Namurati diam saja saat ditanya siapa yang akan berbuat seperti itu kepada dia dan anak istrinya. Sama seperti ratusan manusia perahu lainnya, Namurati tidak bisa berbahasa Indonesia. Dia hanya dapat berkomunikasi dengan bahasa Suku Bajo.

Komunikasi Namurati dengan Kompas.com dibantu oleh penduduk setempat yang mengerti bahasa mereka. Namurati ditangkap di perairan Balikukup, salah satu pulau kecil di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Dia ditangkap dalam satu kapal kayu bersama empat anak serta satu istrinya yang tengah mengandung, dengan usia kandungan empat bulan.

Namurati mengaku tidak ingat jelas berapa lama dia berada di laut. Dia menyebut, kemungkinan, satu minggu lebih. Sebelumnya, dia mengaku tinggal di Samporna, Malaysia.

"Namun, tidak punya kartu identitas," ujar dia.

Untuk bertahan hidup di laut, Namurati membeli bahan makanan, seperti singkong, ubi, beras, gula, dan kopi, di pulau-pulau kecil di Berau. Bahan-bahan makanan itu diolah di perahu kayu yang diakuinya dibeli di Pulau Balikukup, salah satu pulau di Berau.

Namurati menampik menjual hasil lautnya di Malaysia. Menurut dia, seluruh hasil laut yang dicurinya dari perairan Indonesia kemudian dijual di Pulau Balikukup. Uang hasil penjualan ikan itu diputar kembali untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Namurati ingin tetap bisa melaut di perairan Indonesia. Menurut dia, hasil laut di perairan Indonesia sangat banyak.

Manusia perahu adalah warga Suku Bajo yang ditangkap satuan keamanan laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, TNI, dan Polri beberapa waktu lalu. Mereka tidak terdaftar sebagai warga negara Indonesia. Mereka kebanyakan berasal dari Samporna di Malaysia dan Filipina.

Pemerintah Indonesia menganggap mereka mencuri hasil laut Indonesia untuk dijual ke negara lain berdasarkan bukti-bukti yang ada. Rencananya, mereka akan dikembalikan ke asalnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com