Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pagi Tak Akan Lagi Sama, Obituari Taufik Mihardja...

Kompas.com - 28/08/2014, 10:57 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Firasat dan Cikalong

Taufik meninggal pada Rabu pagi, tak lagi bangun ketika dibangunkan istrinya untuk shalat subuh, di kediaman mereka, Perumahan Permata Mediterania, Cluster Amatis 1 No 1, Jakarta Barat.

Sesudah dimandikan, dikafani, dan dishalatkan di Jakarta, Taufik dibawa ke Cikalong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Istri Taufik, Diana, mengatakan, almarhum suaminya pasti sependapat soal pilihan lokasi pemakaman itu.

Kampung Sinarsari di Cikalong Wetan, Cikalong, adalah tempat Taufik lahir dan dibesarkan. "Dia memang suka di sana. Selama ini juga dua pekan sekali ke sana," ujar Diana.

Adalah dari Tevi Losiyana, adik kandung Taufik, cerita soal firasat bakal berpulangnya Taufik ini Kompas.com dapatkan. Tak semua orang tahu, kata dia, bahwa Taufik tak hanya punya penyakit jantung, tetapi juga kedua ginjalnya telah rusak yang mengharuskannya cuci darah dua kali dalam sepekan.

"Setelah tak lagi di TV, dia sekarang sering pulang," ujar Tevi mengawali ceritanya soal firasat itu. Minggu (24/8/2014), sebut dia, Taufik masih menghabiskan akhir pekan di kampung halamannya itu.

"Belum lama, dia bilang ke Bapak, mau dimakamkan di dekat mamah," kata Tevi tentang firasat dan keinginan Taufik itu. Lalu, setelah Lebaran yang baru saja lewat, Taufik meminta diantar ke rumah-rumah gurunya semasa SD dan SMP.

"Sudah ada feeling, sepertinya. Ketemu guru-gurunya dia minta maaf, bahkan dia memaksa diantar ke rumah gurunya yang jauh," tutur Tevi sembari sesekali tak bisa menahan guliran air mata dari matanya yang sudah sembab.

Tevi pun bertutur sudah berulang kali dia menawarkan donor ginjal untuk Taufik, tetapi selalu saja ditepis dengan beragam alasan. Apalagi, ujar dia, belakangan dokter sudah mengizinkan Taufik kembali menikmati beragam makanan.

"Ibaratnya, sekarang itu justru sedang tenang-tenangnya," ujar Tevi, berseling isakan samar. Itu pun, imbuh dia, Taufik masih bisa bercanda soal sakitnya. "Habis dicuci pakai Rinso (merek sabun cuci) darahnya."

Ketegaran Taufik menjalani hari-hari sakit bertahun-tahun barangkali juga adalah turunan dari sang ayah, Daud. Taufik adalah anak sulung Daud, dari tiga bersaudara. Ketika jasad Taufik dikebumikan tepat di seberang rumah keluarga ini, berjeda masjid saja, Daud pun dalam kondisi tak sehat.

"Tapi Bapak tegar sekali, dari semuanya," kata Tevi, lagi-lagi diselingi isak samar. Bapaknya yang sudah sepuh itu sekarang harus mendapat bantuan tabung oksigen untuk meringankan sakitnya.

Pagi tak akan sama lagi

Bagi Kompas.com, keluarga besar Grup Kompas Gramedia, terlebih untuk keluarga besar Daud, pagi sesudah Rabu ini tak akan lagi sama. Tak akan ada lagi suara sapaan ringan ditingkahi senyum yang juga tersorot dari mata lelaki beruban tersebut.

Pagi dengan laju pemberitaan yang landai maupun hiruk pikuk tak akan lagi diinterupsi pesan-pesan ringkas dan tegas lewat grup editor maupun kedatangan sosok lelaki itu di meja para editor. Pagi tak akan lagi sama, Mas Vik, apalagi pada siang dan malam-malam penuh breaking news dan live report sebuah peristiwa.

Namun, CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo menyiapkan sebuah pesan bagi siapa saja yang menjadikan Taufik sebagai figur untuk dikenang dengan kenangan baik. "Kemarin, mereka. Hari ini, kami. Besok, kita semua," ujar Agung saat melepas jenazah di kediaman Taufik, soal bahasa kematian.

"Jasad boleh pergi, tetapi legacy tak akan pernah hilang," lanjut Agung. "Legacy tak akan pernah kita lupakan dan tak hilang dari ingatan. Dari Mas Taufik, (legacy) itu adalah (beliau merupakan) satu-satunya pemimpin yang lengkap, yang pernah pernah di cetak, televisi, dan online," sebut dia.

Agung menambahkan, dengan semua perjalanan hidupnya, Taufik juga bukan tipe pemimpin "asal perintah". "Saya kira itu legacy dia yang bisa jadi pelajaran sekaligus kenangan tentang Mas Taufik," ujar Agung. "Pelajaran yang tak akan pernah kita lupakan." Bersama kenangan atas senyumnya, pada pagi yang tak tak akan sama lagi. Selamat jalan, Mas Taufik....

(ANN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com