Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Mengkritisi Visi-Misi Capres-Cawapres

Kompas.com - 22/05/2014, 15:30 WIB

Jokowi menambahkan, ”Masak kirim barang ke Papua lebih mahal daripada kirim barang ke Eropa.”

Program konkret

Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Siti Zuhro menilai kedua pasangan mengusung gagasan yang mirip.

”Jokowi-Kalla menjabarkan ide Trisakti Bung Karno dengan tekanan pentingnya menjaga Bhinneka Tunggal Ika dan nasionalisme,” katanya.

Prabowo-Hatta menawarkan gagasan ekonomi sosialisme Indonesia dengan tekanan ketahanan/kemandirian pangan dan ekonomi.

Semestinya, kata Siti, visi dan misi mereka dituangkan dalam kebijakan/program yang konkret dan realistis. Visi, misi, dan program semestinya disampaikan dalam bentuk lebih terukur, misalnya dituangkan dalam bentuk penyusunan APBN, berapa anggaran yang akan diberikan untuk program-program unggulan tersebut.

”Ini diperlukan agar pemilih bisa mempertimbangkan pasangan calon dengan jelas,” kata Siti.

Inisiator Dekrit Rakyat Indonesia yang juga Ketua Institut Hijau Indonesia, Chalid Muhammad, mengatakan, secara tekstual, kedua visi-misi dan program kerja capres sangat kuat menunjukkan semangat proteksi kepentingan nasional.

”Isu kemandirian menjadi isu di kedua kubu yang menjadi bukti bahwa isu tersebut sangat laku dijual kepada khalayak pemilih karena selama ini kemandirian sangat jauh dari realitas,” kata Chalid.

Namun, bagi Dekrit Rakyat Indonesia, masih ada pertanyaan penting apakah visi-misi dan program itu bisa dilaksanakan dengan mudah?

Jangan haus kekuasaan

Sementara itu, dosen dan Ketua Bidang Akademik pada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara B Herry Priyono mengingatkan, siapa pun pemimpin baru Indonesia seharusnya bukan sosok yang haus kekuasaan.

”Bukan pula sosok yang terlalu gandrung dengan citra dan tepuk tangan internasional, bukan juga sosok yang hanya berlagak memahami aspirasi dan jerih payah rakyat biasa,” kata Herry dalam Diskusi Lingkar Muda Indonesia (LMI) bertema ”Menyambut Tahun Kedaulatan Rakyat” di Jakarta.

Peneliti Senior LIPI Mochtar Pabottingi juga mengingatkan, pada era reformasi, kedaulatan rakyat tergerus bukan karena direncanakan. Motif-motif dan perilaku korupsi masif dan meluas yang paling banyak memangsa hak-hak rakyat.

Budayawan Ignas Kleden juga mengingatkan perlunya membenahi pendidikan nasional. ”Apakah pendidikan kita ini ingin mendidik manusia seperti rezim Orde Baru, mendidik orang taat pada kekuasaan, tetapi tidak taat pada akalnya sendiri?” ujarnya. (FER/APA/ADP/ILO/A06/A14)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Nasional
[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

Nasional
Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Nasional
Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem 'Back Up' Data Cepat

Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem "Back Up" Data Cepat

Nasional
Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Nasional
4 Bandar Judi 'Online' Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

4 Bandar Judi "Online" Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

Nasional
Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Nasional
Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Nasional
Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk 'Back Up' Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk "Back Up" Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Nasional
Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Nasional
Bantah Hasto Menghilang Usai Diperiksa KPK, Adian Pastikan Masih Berada di Jakarta

Bantah Hasto Menghilang Usai Diperiksa KPK, Adian Pastikan Masih Berada di Jakarta

Nasional
Dirjen Imigrasi Enggan Salahkan Siapapun Soal Peretasan: Sesama Bus Kota Enggak Boleh Saling Menyalip

Dirjen Imigrasi Enggan Salahkan Siapapun Soal Peretasan: Sesama Bus Kota Enggak Boleh Saling Menyalip

Nasional
Adian Sebut PDI-P Siap jika Jokowi 'Cawe-cawe' di Pilkada 2024

Adian Sebut PDI-P Siap jika Jokowi "Cawe-cawe" di Pilkada 2024

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Kembalikan Uang Rp 600 Juta

KPK Sebut Keluarga SYL Kembalikan Uang Rp 600 Juta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com