Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih Halus dari Terigu, Abu Vulkanik Mampu Rontokkan Pesawat..

Kompas.com - 15/02/2014, 07:25 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Prosedur keamanan sistem pesawat menyediakan mekanisme "standby" mesin ketika terjadi jeda saat mesin utama mati. Tak terkecuali di pesawat Boeing 747-400 tersebut. Sayangnya, dua kali upaya pilot menyalakan kembali mesin pesawat tak membuahkan hasil.

Debu vulkanik, si kecil yang dapat mematikan mesin...

Thomas J Casadevall dalam makalahnya, Volcanic Ash and Airports, menuliskan, abu vulkanik terdiri atas batuan halus, mineral, dan partikel padat berdiameter kurang dari 2 milimeter.

Bahkan, diameter abu halus hanya 0,063 milimeter. Ukuran material itu mengecil saat semakin jauh jarak lontarannya dari gunung api.

Abu vulkanik yang disemburkan gunung api juga dapat membawa aliran listrik statis. Di bandara, tebaran abu vulkanik menyebabkan jalan pesawat menyimpang dan mengganggu sistem kelistrikan pesawat.

Ukuran partikel debu vulkanik sangat halus. Jauh lebih halus dibandingkan tepung terigu. Karenanya, abu vulkanik sangat ringan dan bisa melayang di udara dalam waktu lama.

Penjelasan ini pun menerangkan bagaimana abu vulkanik dari letusan Gunung Krakatau pada 1883 bisa sampai ke Eropa meski sudah lewat berbulan-bulan.

Bila dilihat menggunakan mikroskop, abu vulkanik berbahan dasar silika. Permukaannya memiliki sudut yang tajam, dengan tingkat ketajaman hanya sedikit di bawah intan. Dalam jumlah kecil, gesekan partikel debu ini dengan logam penyusun mesin akan bersifat abrasif, menggerus.

Laporan penyelidikan atas insiden British Airways, abu vulkanik yang lolos melewati bilah mesin jet masuk lebih dalam ke ruang pembakaran yang mencampurkan oksigen dan bahan bakar, memunculkan semacam campuran leleh berkandungan abu vulkanik yang akan masuk semakin dalam ke sistem pembakaran dan pembangkitan tenaga pesawat.

Jika ketinggian pesawat masih memadai, mematikan mesin masih akan punya cukup waktu sampai mesin kembali "dingin". Pada kondisi tersebut, uap dari yang terbentuk dari campuran abu vulkanik, oksigen, dan bahan bakar, bisa didorong keluar dari seluruh sistem mesin pesawat.

Campuran leleh tersebut juga bisa menjadi lapisan keramik abrasif yang mengubah performa aerodinamika bilah-bilah mesin jet. Pada kondisi terburuk, merontokkan bilah itu akibat momentum gaya yang terjadi pada saat mesin berputar dengan kecepatan ekstra tinggi. Mesin bisa meledak di udara, bila gesekan berkecepatan tinggi itu terus berlanjut.

Aturan keselamatan penerbangan

Pada 1991, industri penerbangan dunia membentuk Pusat Saran Debu Vulkanis (VAAC), yang melibatkan ahli penerbangan, meteorologi, ahli vulkanologi, dan beberapa disiplin ilmu lain. Hingga 2010, pabrik mesin pesawat terbang belum menentukan batas tingkatan pasti kandungan partikel abu vulkanik yang bisa membahayakan mesin.

Baru pada April 2010, badan regulasi penerbangan di Inggris menetapkan batas kandungan debu vulkanik yang masih aman untuk penerbangan pesawat bermesin jet dan propeler. Batas maksimal yang diizinkan adalah 2 miligram per meter kubik ruang udara. Angka ini kemudian dinaikkan menjadi 4 milimeter per kubik ruang udara pada Mei 2010.

Apakah Indonesia menerapkan aturan ini? Yang jelas, setiap kali terjadi peristiwa gunung meletus, penerbangan di Indonesia menghentikan layanan. Tak terkecuali dalam letusan Gunung Kelud, Kamis (13/2/2014) menjelang tengah malam.

Setidaknya tujuh bandara utama di Pulau Jawa menghentikan sementara operasional penerbangan, Jumat (14/2/2014), akibat letusan gunung yang berlokasi di perbatasan Kabupaten Kediri, Malang, dan Blitar itu. Tujuh bandara yang ditutup berlokasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Tujuh bandara itu adalah Bandara Abdulrahman Saleh di Malang, Bandara Juanda di Surabaya, Bandara Adi Soemarmo di Surakarta, Bandara Adisucipto di Yogyakarta, Bandara Ahmad Yani di Semarang, Bandara Sumberwulung di Cilacap, dan Bandara Husein Sastra Negara di Bandung. Penerbangan dari dan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur sama sekali berhenti.

Sumber: Ekspedisi Cincin Api/Ant



Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com