Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalah Total Suara, Anis Matta Masih Ungguli Hidayat di 18 Daerah

Kompas.com - 30/12/2013, 03:32 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilu Raya Partai Keadilan Sejahtera mendapatkan lima kandidat untuk dibawa ke Majelis Syuro dan diputuskan sebagai calon presiden untuk Pemilu Presiden 2014 dari partai itu.

Berturut-turut berdasarkan perolehan suara, kelima kandidat adalah Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Ahmad Heryawan, Tifatul Sembiring, dan Nur Mahmudi Ismail. Meski kalah dari Hidayat, Anis disebut masih lebih unggul di 18 daerah.

"Peringkatnya adalah flat, kejar-kejaran antara (peringkat) satu dan duanya, Hidayat Nur Wahid dan Anis Matta," kata Sekretaris Jenderal PKS sekaligus Ketua Lembaga Pelaksana dan Penokohan (LPPK) PKS Taufik Ridho, melalui siaran pers, Minggu (29/12/2013).

Taufik mengatakan Anis unggul di 18 provinsi sementara Hidayat mendapat suara kader lebih banyak di 14 provinsi. Adapun Heryawan yang menempati peringkat tiga dalam pemira, ujar dia, hanya mengungguli kandidat lain di Jawa Barat.

Justru suara yang merata di semua wilayah didapat mantan partai tersebut, Tifatul Sembiring dan Nurmahmudi Ismasil, sekalipun tak mengungguli dua kandidat teratas. Nurmahmudi menjadi presiden saat partai itu masih bernama Partai Keadilan.

Dari hasil penghitungan nasional Pemira PKS, Hidayat Nur Wahid memperoleh 50.567 suara atau 18,34 persen, Anis Matta mendapat 48.152 suara atau 17,46 persen, Ahmad Heryawan 46.014 suara atau 16,69 persen, Tifatul Sembiring 31.742 suara atau 11,5 persen, dan Nur Mahmudi Ismail 20.249 suara atau 7,41 persen.

Uji publik

Taufik mengatakan hasil Pemira ini baru suara dari internal PKS. Setelah diserahkan kepada Majelis Syuro PKS, ujar dia, kandidat terpilih akan berhadapan dengan uji publik. "Bisa kelimanya, tiga, atau justru peringkat pertama saja ang diputuskan Majelis Syuro untuk diuji publik," ujar dia.

Hasil dari uji publik, papar Taufik, adalah penentu apakah kandidat bersangkutan akan diusung pada Pemilu Presiden 2014. "Kalau di Pemira mendapatkan nomor 5 tapi di uji publik ternyata bagus, mengapa tidak?" ujar dia.

Pemira PKS, menurut Taufik adalah cara partainya menyaring dari terlebih dahulu di internal sebelum meminta publik menilai kandidat tersebut."Melalui sistem yang dimiliki di internal, kader PKS tidak ada yang menyatakan secara terang-terangan menyalonkan diri sebagai capres sebelum memiliki pijakan yang kuat," kata dia, sembari mengatakan hasil pemira adalah pijakan kuat untuk kader berhadapan dengan uji publik.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com