Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabar Koruptor di Jatim, Ketua KPK Dianggap Bermanuver untuk Pilpres

Kompas.com - 13/12/2013, 21:51 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Gaya Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad yang mengungkapkan adanya koruptor kelas kakap di Jawa Timur dinilai hanya untuk pencitraan. Abraham pun dianggap berusaha memoles citranya untuk kepentingan pemilihan Presiden 2014.

"Gerak Ketua KPK lebih cocok untuk manuver capres-cawapres dibandingkan Ketua KPK yang berpikir, berkata dan bertindak berdasarkan standar bukti dan hukum acara yang berlaku," ujar anggota Komisi III dari Fraksi Partai Demokrat Gede Pasek Suardika saat dihubungi Jumat (13/12/2013).

Pasek menilai Abraham lebih terkesan sebagai pengamat dibandingkan aparat penegak hukum. Seharusnya, lanjut Pasek, setelah sekian lama menjadi pimpinan KPK, Abraham bisa berperilaku layaknya penegak hukum.

"Bukan membuat teka-teki tanpa action. Itu bisa mendegradasikan kewibawaan lembaga KPK," ucapnya.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) itu berpendapat pernyataan Abraham soal ada perampok kelas wahid di Jawa Timur telah menghakimi seseorang dan melanggar asas praduga tidak bersalah yang harus dianut secara disiplin tinggi oleh aparat.

"Kalau memang ada perampok kenapa tidak ditindak? Kenapa dibiarkan? Wacana-wacana seperti itu hanya kelihatan gagah tapi kosong tanpa substansi jika bukan berangkat dari fakta peristiwa," kata Pasek.

KOMPAS.com/Indra Akuntono Ketua KPK Abraham Samad
Pasek melihat sejak kasus surat perintah dimulainya penyidikan (sprindik) untuk Anas Urbaningrum bocor ke publik, Abraham terlihat berusaha keras memperbaiki citra dengan memperbanyak pernyatan hebat. Namun, sayangnya pernyataan itu tidak disertai tindakan tegas.

Sikap Abraham ini sangat kontras dengan kerja keras para penyidik yang tengah fokus bekerja. Para penyidik, sebut Pasek, menanggung harapan rakyat untuk mengumpulkan bukti sejumlah tindak pidana korupsi.

"Tapi Ketua KPK-nya sibuk bercitra diri dengan berbagai statemen hebat tapi fatamorgana," imbuh Pasek.

Perampok di Jatim

Sebelumnya, Abraham Samad menyebut ada koruptor besar di Jatim, KPK sulit menembus dan menemukan bukti karena modus kejahatan itu sangat canggih dan tak berbekas.

"Di Jawa Timur itu perampoknya kelas wahid, pelakunya berpengalaman, bahkan kategori tak bisa dimaafkan," kata Abraham dalam sebuah seminar politik kebangsaan di kantor International Conference of Islamic Scholars (ICIS), di Jakarta, Kamis (12/12/2013).

Hal itu diungkapkan Abraham untuk menjawab pertanyaan seorang peserta seminar yang menanyakan mengapa KPK tak pernah mengungkap kasus korupsi di Jawa Timur. Sang penanya menyebut KPK seolah sengaja tak menyentuh provinsi tersebut.

Namun, Abraham membantahnya dan menyatakan KPK sudah memperoleh informasi terkait kasus dugaan korupsi di daerah itu. KPK akan mengusutnya jika telah ditemukan petunjuk dan alat bukti yang cukup.

Koruptor kelas wahid di Jawa Timur itu, kata Abraham, masuk dalam kategori kelas berat karena melakukan korupsi secara rapi dan tak meninggalkan jejak. Semua kejahatannya, kata Abraham, dirancang sedemikian rupa untuk mengantisipasi adanya penelusuran KPK.

"Kalau yang lain itu pemula, merampok meninggalkan jejak. Kami paham, semoga kami diberi petunjuk oleh Tuhan untuk ungkap kejahatan canggih dan ditutup-tutupi," ujar Abraham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anies Dinilai Sulit Cari Partai yang Mau Mengusungnya Sebagai Cagub DKI Jakarta

Anies Dinilai Sulit Cari Partai yang Mau Mengusungnya Sebagai Cagub DKI Jakarta

Nasional
PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

Nasional
SYL Klaim Tak Pernah 'Cawe-cawe' soal Teknis Perjalanan Dinas

SYL Klaim Tak Pernah "Cawe-cawe" soal Teknis Perjalanan Dinas

Nasional
Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Nasional
Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Nasional
Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Nasional
Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Nasional
Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Nasional
Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Nasional
Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com