Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Komnas Perempuan Laporkan Empat Anggota DPR ke BK

Kompas.com - 12/12/2013, 10:25 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Ketua Komisi Nasional Perempuan Yuniyanti Chuzaifah mengatakan, Komnas Perempuan meminta klarifikasi atas informasi dugaan pelecehan secara verbal yang dilakukan empat anggota Komisi I DPR dalam proses uji kelayakan dan kepatutan calon komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) beberapa bulan lalu.

Dalam proses seleksi itu, katanya, ada laporan tentang pernyataan yang dirasa mengganggu dan merendahkan perempuan. 

"Komnas Perempuan mempertanyakan kualitas pertanyaan yang diarahkan kepada sejumlah kandidat perempuan yang sama sekali tidak relevan dengan tujuan uji kelayakan. Termasuk di dalamnya adalah pertanyaan dan komentar yang dilontarkan oleh anggota dewan seputar aspek fisik, penampilan, dan status hubungan personal calon perempuan," ujar Yuniyanti dalam siaran persnya, Rabu (11/12/2013) malam.

Ia mengatakan, pertanyaan dan komentar yang kerap dikemas dalam candaan tersebut bernuansa melecehkan. Pertanyaan ini juga berpotensi mengganggu integritas maupun konsentrasi kandidat perempuan.

"Kondisi ini untuk jangka panjang dapat menghalangi munculnya kandidat-kandidat perempuan yang potensial menjadi pejabat publik atau untuk duduk di posisi-posisi strategis dalam institusi negara," ujarnya.

Bukan hanya sekali

Menurut Yuniyanti, Komnas Perempuan mencatat, informasi terkait uji kelayakan dan kepatutan calon komisioner KPI bukan pertama kalinya terjadi. Sebelumnya, dalam beberapa uji kelayakan dan kepatutan yang diikuti perempuan, beberapa anggota DPR RI juga menyampaikan pernyataan dan komentar yang tidak mendukung penghapusan diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan.

Ia meminta Badan Kehormatan DPR RI untuk segera melakukan klarifikasi atas proses uji kelayakan yang merendahkan perempuan. BK, lanjutnya, tidak perlu mempertimbangkan kandidat yang bersangkutan melakukan pengaduan langsung atau tidak. Anggota DPR RI yang teridentifikasi melakukan tindak pelecehan tersebut, katanya, harus ditindak BK.

Selanjutnya, Yuniyanti berharap agar BK DPR membangun mekanisme pencegahan agar praktik-praktik tidak adil jender ini tak membudaya dan membangun mekanisme sanksi agar tidak berulang.

"Kami mendorong agar uji kelayakan dan proses seleksi lainnya dapat dilakukan lebih serius, profesional, dan menghormati hak asasi perempuan," katanya.

Komnas Perempuan juga meminta adanya pakta integritas dan kode etik anggota dewan agar memiliki perspektif, tindakan, dan komitmen pada hak asasi manusia dan keadilan jender.

Ia berharap, laporan kali ini bisa mendorong para perempuan kandidat yang pernah mengalami proses uji publik di DPR dan merasa pernah direndahkan atau diberlakukan tidak adil dalam proses tersebut untuk mengadukan ke BK DPR atau melalui Komnas Perempuan dan lembaga lainnya yang memegang prinsip perlindungan saksi dan korban.

Membantah

Empat anggota DPR yang dilaporkan adalah Wakil Ketua Komisi I Tubagus Hasanuddin (Fraksi PDI Perjuangan), Wakil Ketua Komisi I Ramadhan Pohan (Fraksi Partai Demokrat), anggota Komisi I Syahfan Badri Sampurno (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera), dan anggota Komisi I Oheo Sinapoy (Fraksi Partai Golkar).

Hasanuddin dan Ramadhan Pohan membantah telah melakukan pelecehan melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sementara, dua anggota lainnya masih belum berhasil dihubungi.

Tak hanya anggota dewan yang membantah, Komisioner KPI Agatha Lily yang diduga mendapat pelecehan dari anggota dewan ini pun tak merasa dirugikan dari sikap anggota dewan.

Menurutnya, memang ada candaan dari sejumlah anggota Komisi I DPR yang memintanya untuk tidak mengganti nomor telepon. Namun, hal itu, sebut Agatha, adalah candaan dari anggota Komisi I DPR yang sudah lama dikenalnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com