Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menarik, Usulan agar SBY Jadi Cawapres

Kompas.com - 06/12/2013, 08:09 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Wacana yang digulirkan mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi calon wakil presiden 2014-2019 dinilai merupakan ide yang menarik. Namun, permasalahannya, ide menarik itu dilontarkan oleh Anas.

"Kalau kita lihat dari sisi substansi, saya kira menarik apa yang dilempar oleh Anas. Tapi secara psikologis dan bagaimana posisi Anas dan SBY dalam konteks pro-kontra, saya pikir ini sindiran halus," kata pengamat politik Charta Politika Indonesia Yunarto Widjaja di Jakarta, Jumat (6/12/2013).

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Pengamat Charta Politika Yunarto Widjaja di Jakarta Media Center, Gedung Dewan Pers, Jakarta, Selasa (6/3/2012).

Yunarto mengatakan, ide Anas menarik karena Demokrat memang hanya bisa diselamatkan oleh sosok SBY. Hal itu terbukti dalam pemilu 2004 dan 2009. Terlihat juga dalam survei bahwa Demokrat hanya dilihat sebagai partai SBY.

"Anas ingin gulirkan isu bagaimana kita lempar kembali SBY menjadi magnet elektoral. Tetapi dengan keterbatasan yang ada secara konstitusi (tak bisa maju sebagai capres), kita lempar saja menjadi orang nomor dua. Jadi secara substansial ini ide yang menarik," katanya.

Namun, kata Yunarto, jika melihat belum selesainya konflik antara SBY dengan Anas, saran SBY maju sebagai cawapres bisa jadi merupakan sindiran untuk SBY. Demokrat menjadi partai keluarga SBY.

"Ada keotoriteran partai. Sehingga muncul ledekan partai ini hanya bisa diselamatkan dengan menurunkan derajat SBY sebagai cawapres," kata Yunarto.

Ia juga menduga, usulan itu balasan atas serangan SBY dulu, bahwa terpuruknya Demokrat akibat terkatung-katungnya kasus dugaan korupsi yang melibatkan Anas di Komisi Pemberantasan Korupsi.

"Ini perang dingin yang belum usai. Penurunan elektabilitas Demokrat ternyata bukan hanya mengenai kasus hukum Anas. Tetapi juga mengenai citra SBY, citra pemerintahan, bahkan kasus-kasus hukum yang tetap terjadi meski Anas sudah menjadi tersangka. Kasus hukum itu melibatkan orang-orang lain yang bisa dikatakan lingkaran dalam SBY," papar Yunarto.

Usul Anas

Seperti diberitakan, Presiden SBY diusulkan maju sebagai calon wakil presiden 2014-2019. Hal itu dilontarkan Anas Urbaningrum ketika dimintai tanggapan terkait merosotnya elektabilitas Partai Demokrat menjelang tahun pemilihan. Menurut Anas, SBY yang kini menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi dan Ketua Umum Partai Demokrat merupakan kartu truf partai tersebut untuk menghindari dari keterpurukan hasil pileg.

Pada Rabu (4/12/2013), dalam akun Twitter pribadinya (@anasurbaningrum), Anas memberikan argumentasi bila SBY diduetkan dengan para tokoh nasional yang digadang-gadang akan maju sebagai calon presiden. Di antara nama tersebut, menurut Anas, duet Prabowo-SBY akan sangat kuat dan menarik.

"Pasangan kawan lama yang selama ini berhubungan baik. Simulasi pasangan bisa dilanjutkan ke nama-nama lain. Yang jelas, kalau cawapresnya Pak SBY, pasti akan lebih kuat dan menarik," kata Anas dalam Twitter-nya.

Baca:
Kata Anas, untuk Selamatkan Demokrat, SBY Jadi Cawapres Saja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Ogah Pemerintahannya Diganggu, Pakar: Sistem Kita Demokrasi

Prabowo Ogah Pemerintahannya Diganggu, Pakar: Sistem Kita Demokrasi

Nasional
Sistem Pemilu Harus Didesain Ulang, Disarankan 2 Model, Serentak Nasional dan Daerah

Sistem Pemilu Harus Didesain Ulang, Disarankan 2 Model, Serentak Nasional dan Daerah

Nasional
Brigjen (Purn) Achmadi Terpilih Jadi Ketua LPSK Periode 2024-2029

Brigjen (Purn) Achmadi Terpilih Jadi Ketua LPSK Periode 2024-2029

Nasional
JK Bingung Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Bisa Jadi Terdakwa Korupsi

JK Bingung Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Bisa Jadi Terdakwa Korupsi

Nasional
Jadi Saksi Karen Agustiawan, JK: Kalau Perusahaan Rugi Direkturnya Harus Dihukum, Semua BUMN Juga Dihukum

Jadi Saksi Karen Agustiawan, JK: Kalau Perusahaan Rugi Direkturnya Harus Dihukum, Semua BUMN Juga Dihukum

Nasional
Terseret Kasus Gubernur Maluku Utara, Pengusaha Muhaimin Syarif Punya Usaha Tambang

Terseret Kasus Gubernur Maluku Utara, Pengusaha Muhaimin Syarif Punya Usaha Tambang

Nasional
Bertemu Khofifah, Golkar Bahas Pilkada Jatim, Termasuk soal Emil Dardak

Bertemu Khofifah, Golkar Bahas Pilkada Jatim, Termasuk soal Emil Dardak

Nasional
Ketua Panja Sebut RUU Kementerian Negara Mudahkan Presiden Susun Kabinet

Ketua Panja Sebut RUU Kementerian Negara Mudahkan Presiden Susun Kabinet

Nasional
Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta 'Reimburse' Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta "Reimburse" Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

Nasional
KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

Nasional
Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

Nasional
Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

Nasional
Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

Nasional
KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

Nasional
Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com