Aturan yang membiarkan partai politik yang tengah mengalami krisis kepercayaan publik sebagai satu-satunya institusi penentu dalam seleksi pemimpin barangkali sudah waktunya dikoreksi. Ketika kinerja partai politik lebih merupakan problem ketimbang solusi, diperlukan keterlibatan institusi di luar partai politik dalam seleksi kepemimpinan dan pejabat publik.
Skema pemilu kita itu memang sama sekali tidak menjanjikan munculnya wakil ataupun pemimpin yang kita dambakan. Kondisi ini semakin diperparah dengan munculnya oligarki di elite partai politik itu sendiri. Partai politik tidak lagi menjadi ”rumah berdemokrasi” bagi anggotanya, tetapi sudah dijalankan seperti perusahaan yang memburu keuntungan finansial.
Maka, di tengah rimba belantara demokrasi yang dikendalikan sepenuhnya oleh partai politik, tentu akan sulit lahir pemimpin-pemimpin baru yang bisa menyelesaikan permasalahan bangsa. Pemimpin bersih tidak akan lahir dari kontestasi yang dibangun dengan fondasi kekuatan uang. Orang jujur dan bersih akan tersingkir, sementara orang ”kotor” akan berkuasa dan membuat mereka semakin kaya.
Pilihan alternatifBercerita soal partai politik dan para penguasa saat ini sering kali menghadirkan keputusasaan untuk memperbaiki negeri ini. Namun, sikap apatis tentu harus dihindari karena sering kali tidak menghasilkan solusi.
Menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat, di tengah waktu yang semakin singkat menjelang pemilu tahun mendatang, akankah Ibu Pertiwi masih bisa melahirkan seorang pemimpin yang sesuai dengan harapan publik?
Dengan kompleksnya persoalan yang melanda, tentu akan sulit untuk menciptakan secara instan para calon pemimpin yang menyelesaikan sengkarut bangsa. Butuh perbaikan secara total, khususnya dalam internal partai politik.
Namun, sebagai pilihan alternatif sebagai salah satu sumber kepemimpinan yang potensial adalah kepala-kepala daerah yang dinilai berhasil dan memiliki rekam jejak yang baik. Bupati dan wali kota yang berhasil tentu potensial menjadi gubernur. Begitu pula gubernur yang berhasil bisa memperoleh kesempatan yang terbuka menjadi seorang presiden. Namun, ada jalan terjal yang harus dilalui para calon pemimpin yang sudah berhasil di daerahnya masing-masing untuk tampil di puncak kekuasaan pemerintahan. Rintangan tersebut sekali lagi justru datang dari internal partai politik mereka sendiri.
Mereka harus mendapat restu sang penguasa partai di tengah oligarki partai politik yang sudah terbentuk. Jika tidak mendapat restu, kelahiran pemimpin baru tidak akan pernah terjadi karena mereka berada pada jalan buntu demokrasi.