Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/07/2013, 15:45 WIB

Don menggeleng.
"Kini makin jelas bagiku. Mereka bukan sekedar teman, kan?"
"Ya."
"Siapa mereka? Pacar? Kekasih? Isteri?"
"Tak penting siapa mereka, tapi mereka begitu istimewa bagiku."
"Lalu?"
"Lalu kenapa aku dipertemukan dengan mereka."
"Lantaran kamu menginginkannya, Bung," jawab saya sekenanya.
"Mana bisa. Kami bertemu begitu saja, tanpa rencana."
"Siapa bilang tanpa rencana. Tengoklah ke dalam hatimu yang terdalam..tengok! Ya, tengok, lebih jauh..."

Don menunduk dalam. Entahlah, apakah ia menuruti kata-kata saya membayangkan pandang matanya sedang menembusi dadanya hingga ke hati. Atau bisa jadi ia tambah bingung dengan perkataan saya. Entahlah. Tapi lihatlah, Don makin dalam menekuk lehernya. Bahkan kini ia memegang kedua lututnya untuk menumpu kepalanya.

Saya biarkan Don pada posisi mirip patung Asmat beberapa saat. Entahlah, tiap kali ia tersudut begitu, saya selalu iba kepadanya. Inilah kiranya rahasia dari sebuah persahabatan. Sebuah relasi antar manusia yang bersitumpu pada keikhlasan menerima kelebihan sekaligus kekurangan yang lain.

Capek dengan posisi patung Asmat, pelan-pelan Don tengadah sambil menghela nafas panjang. Selanjutnya, ia pun berdiri pelan-pelan sebelum akhirnya berjalan menuju jendela. Selebihnya, entah apa yang ia perbuat dengan pikirannya.

"Uhuk-uhuk...Kamu benar," katanya tiba-tiba setelah lima menit dengan posisi ajeg di depan jendela.
Saya tak menanggapi pernyataannya.
"Jauh di lubuk hatiku memang mengharapkan kehadiran mereka."
"Lantas
"Mereka yang semula cuma bayang-bayang, lalu aku perangkap di pikiranku agar bisa menempati kisi-kisi hatiku yang kosong."
"Trus?"
"Kemudian hati dan pikiranku menggerakkan langkahku mencari mereka."
"Hmmm...makin menarik..."
"Lalu aku ketemu S di Palmerah. Ketemu M di Bali, dan N di Aceh."
"Kamu suka dengan mereka?"
"Ya."
"Cinta?"
"Gak tahu. Tapi aku membutuhkan mereka."
"Buat apa?"
"S yang polos, membuatku jadi kanak-kanak kembali. M yang cantik membuatku kepingin menggegam dunia. Dan... N yang religius, membuatku ingat akan mati."
"Sempurna!" seruku sambil bertepuk tangan.
"Ideal benar kalau mereka menjadi istri-istrimu. Bisa saling melengkapi." Don cuma menanggapi perkataanku dengan sebuah lirikan yang menusuk.
"S bisa memberimu spirit kemudaan yang tiada akan pernah habis. M membuatmu terus bergairah, dan N akan membawamu menuju ketenangan hidup."
"Aku nggak pernah berpikir sejauh itu," Don menyahut.
"Trus kamu jadikan apa mereka selama ini?"
"Sahabat."
"Sahabat?"
"Ya, sahabat. Sahabat hati."
"Kini pertanyaanmu terjawab sudah."
"Ah, kau terlalu menyederhanakan soal ini."
"Mungkin saja. Sebab aku juga sepaham dengan kaum cerdik pandai, bahwa tak ada yang kebetulan di semesta ini."
"Seseorang jadi penjahat, menjadi orang soleh, mati bunuh diri..."
"Ya..., orang jadi presiden, jadi teroris, jadi... Semuanya aku kira sama dengan keinginanmu bertemu dengan tiga perempuan yang kau bilang sebagai sahabat-sahabat hatimu itu."
"Tinggal sebesar apa keinginan itu terbangun ya?"
"Persis. Sebab banyak di antara keinginan kita cuma berhenti di mulut belaka. Tak sampai ke hati, tak sampai ke otak, tak sampai ke darah. Sehingga cuma menguap di udara."
"Aku, bacaan-bacaanku, lingkunganku, pengalamanku..."
"Ya, termasuk makanan dan minumanmu, semua yang menyertaimu dalam kehidupanmu sehari-hari itulah yang turut serta membangun keinginanmu, cita-citamu, mimpimu..."

Malam kian larut. Detak jarum jam di dinding melintas terus. Gerimis yang temaram memudarkan warna malam jadi kelabu. Sesekali langit berkilat tipis, menandakan di bagian bumi lain sedang dilanda hujan lebat.

Pertanyaan demi pertanyaan tentang pertemuan masih terus membuncah dari mulut kami, saya dan Don.

Ya...ya, mengapa kami bertemu dengan gerimis malam ini. Mengapa kita harus menyaksikan peristiwa gelombang tsunami yang meratakan sebagian wilayah Aceh dan Sumatera Utara di penghujung tahun 2004? Mengapa juga kita dihadapkan pada peristiwa terbunuhnya Munir? Mengapa di tanah Betawi pada periode ini pemimpinnya Jokowi? Mengapa FPI dan masyarakat Sukorejo, Kendal, bertemu dan lantas bentrok? Ah, siapakah gerangan yang menginginkan ini semua?

Ah... Don barangkali memang sedang lebay, gini  hari masih bertanya tentang 'pertemuan'. Padahal hidup harus terus berlanjut. Kita nggak boleh terperangkap di masa lalu, juga tak usah bermimpi tentang masa depan. Pusatkan saja pikiran kita pada saat ini, begitu Buddha mengajarkan.

Atau mau menyimak kata-kata penyanyi Eminem? The truth is you don't know what is going to happen tomorrow. Life is a crazy ride, and nothing is guaranteed. Kenyataan adalah ketidaktahuanmu atas apa yang akan terjadi besok. Hidup adalah perjalanan gila, dan tidak ada yang menjamin.

Nah, jika mau hidup kita menjadi sederhana, turutilah kata-kata Cary Grant, 'Rumus hidup saya cukup sederhana. Aku bangun di pagi hari dan aku pergi tidur di malam hari. Di antara keduanya, saya menyibukkan diri sebisa mungkin.

"Don," kata saya setelah kami terdiam beberapa saat.
"Hmm..."
"Boleh aku bertanya?"
"Hmmm..."
"Mengapa kita bertemu malam ini?"

Di luar dugaan, Don malah menjawab dengan senyuman.
"Jangan cengengesan."

Don mulai tertawa kecil.
"Don, aku serius."

Don mulai terbahak seraya mendekati meja kerja saya. Lalu katanya, "Kamu kepingin tahu?"
"Ya."
"Sebab...sebab aku tahu, Minggu malam seperti ini di rumahmu pasti ada pisang goreng, kopi kental, dan ketulusanmu menyambutku..." ujar Don sambil meraih gelas kopi saya dan menyeruput isinya.

Sialan!

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com