"Misalnya contoh kasus korupsi yang melibatkan pemerintah, swasta dan DPR, pasti DPR pihak yang paling disalahkan dan terus-terusan diberitakan," ujar Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Pramono Anung Wibowo, di Jakarta, Selasa (23/7/2013).
Pramono berpendapat tudingan negatif yang lebih kerap diarahkan ke DPR itu merupakan persepsi ketidakpercayaan publik kepada partai politik yang sudah sedemikian tinggi. "Media menurut saya juga membantu (membentuk persepsi itu), karena berita baik tentang DPR tidak menarik," kata dia.
Menurut Pramono, bagi media massa, satu anggota DPR tertidur ketika rapat akan menjadi berita bertubi-tubi dan dapat mengundang minat pembaca. Sementara, ujar dia, dalam era demokrai dan media sosial seperti sekarang, publik dan media massa adalah pengontrol utama.
Bahkan, kata Pramono, publik dan media massa telah menjadi kekuatan dominan yang dapat menentukan banyak hal. "Siapa yang menjadi referen publik saat ini, dia mau dijadikan anggota DPR, menteri, maupun presiden dan wakil presiden, publik dan media lah yang menentukan," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.