Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden: Jangan Coreng Indonesia dengan Aksi Kekerasan

Kompas.com - 23/07/2013, 12:34 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, Indonesia dianggap oleh dunia internasional sebagai contoh negara yang berhasil membangun kehidupan bangsa yang rukun dan saling menghormati. Dengan demikian, jika terjadi kekerasan, kata Presiden, itu mengurangi harapan dunia.

"Kalau ada sesuatu yang mengganggu di negeri ini, konflik horizontal, kekerasan-kekerasan yang tidak perlu terjadi, kurangnya toleransi, maka mengurangi apa yang oleh dunia diharapkan kita tampil sebagai teladan, sebagai model kehidupan yang teduh dan baik," kata Presiden saat pertemuan dengan Forum Rektor Perguruan Tinggi Islam di Istana Negara, Jakarta, Selasa (23/7/2013).

Menurut Presiden, mungkin karena Indonesia dianggap sebagai model bagi dunia, hubungan dirinya dengan para pimpinan negara Islam dunia selama ini baik. SBY memberi contoh hubungan baiknya dengan Ahmadinejad selama menjabat Presiden Iran. Tidak semua kepala negara Islam, kata dia, bisa bersahabat dengan Ahmadinejad. Contoh lain, hubungan baiknya dengan mantan Presiden Mesir Muhammad Mursi, dan lainnya.

"Semua pemimpin Islam tidak ada hambatan ketemu saya, padahal di antara mereka sering ada rivalitas. Belum tentu cocok satu sama lain. Yang ingin saya sampaikan karena mereka berharap kepada Indonesia sehingga Presiden Indonesia di mana pun, bagi mereka, bisa berkomunikasi. Ini fakta. Bersyukur kita sekaligus menjadi tantangan. Bisakah kita menjaga nama baik Indonesia tidak tercoreng oleh satu dan lain hal yang merugikan kita semua?" kata Presiden.

Presiden lalu bercerita ketika salah satu tokoh asal negara di Timur Tengah datang ke Indonesia. Ketika bertemu dengan Menteri Agama sebelumnya, cerita SBY, tokoh Timur Tengah itu melihat pemberitaan di televisi di Indonesia terkait perusakan dan kekerasan oleh salah satu kelompok yang mengatasnamakan Islam.

"Bertanyalah Beliau itu apa? (Menag jawab) Ini biasa Pak tentu ada elemen-elemen yang keras di Indonesia melakukan tindakan seperti itu. (Tamu) Tujuannya? (Menag) Barangkali menertibkan. (Tamu) tidak bolehlah hal-hal itu dilakukan dengan kekerasan seperti itu. Senyum menteri agama. (Tamu) Begini, itu merugikan dua hal. Satu merugikan Islam, Islam tidak begitu. Kedua, merugikan Arab karena menggunakan pakaian Arab. Ini true story Bapak," kata SBY.

Presiden lalu mengutip pernyataan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohamad saat berpidato di Inggris bahwa Islam adalah agama yang mudah disalah mengerti. Mereka yang salah mengerti Islam, yakni kelompok non-Islam dan sebagian umat Islam.

"Oleh karena itu, perjuangan kita, mari kita bikin umat Islam kita sendiri mengerti betul tentang ajaran Islam dan menjalankannya dengan benar. Itu mudah. Setelah kita sendiri menjalankan firman Allah, kita bisa mengatakan kami mengerti. Ketika mereka yang tidak beragama Islam salah memandang Islam, kita katakan Anda keliru. Jangan Islamphobia, jangan generalisasi, jangan Islam diidentikan dengan terorisme. Dengan keras dan lantang kita melakukan itu," papar Presiden.

Seperti diberitakan, baru-baru ini Presiden mengecam tindakan organisasi Front Pembela Islam di Kendal, Jawa Tengah. Presiden secara terbuka meminta FPI untuk menghentikan tindakan kekerasan dan main hakim. Memerangi kemaksiatan dan kemungkaran, kata Presiden, tidak harus dengan cara-cara yang lebih mungkar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com