Sorotan paling tajam umumnya dibebankan pada partai pemenang pemilu (
Maraknya tindak pidana korupsi oleh kader parpol pada gilirannya merusak nilai ideologi perjuangan politik partai itu sendiri. Hampir seluruh publik jajak pendapat ini (85,8 persen) sepakat, dalam hal menjalankan ideologi partai, para kader parpol sering kali justru bertindak bertentangan dengan kepentingan rakyat. Tindak pidana korupsi oleh para kader sama artinya dengan menggerus ideologi yang diperjuangkan partai dan menggerogoti soliditas institusi.
Padahal, menjelang pemilu, penguatan institusi dan konsolidasi kepartaian jadi kunci partai untuk sukses dalam pertarungan politik. Jajak pendapat ini merekam, satu dari dua responden menilai partai di negeri ini sudah siap menghadapi pemilu. Namun, empat dari sepuluh responden menyatakan sebaliknya.
Hal lain yang menjadi sorotan publik adalah kaderisasi. Publik menilai kaderisasi tidak berjalan baik di sebagian besar partai politik. Namun, di sisi lain, publik juga mengaku, kaderisasi sedikit banyak mulai tumbuh. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan menguatnya partai mengusung kadernya sendiri dalam ajang kontestasi politik lokal. Satu dari dua responden menyebut kebijakan partai mengutamakan kadernya sendiri di pemilu legislatif, pilkada, ataupun pilpres sebagai bagian dari kaderisasi.
Apa yang dilakukan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) bisa menjadi gambaran. Partai ini dipilih paling banyak responden sebagai parpol yang baik kaderisasinya. Kesuksesan PDI-P mengusung kadernya, yakni Joko Widodo (Jokowi), dalam pilkada Jakarta dan Rieke Diah Pitaloka dalam pilkada Jawa Barat, menjadi catatan tersendiri bagi publik terkait kaderisasi di tubuh partai. Meskipun hasil prediksi sejumlah hitung cepat menempatkan Rieke pada posisi kedua, hal itu telah menjungkirbalikkan hasil jajak pendapat sebelumnya. Hal yang sama terjadi pada fenomena Jokowi dalam pilkada DKI. (LITBANG KOMPAS)