Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Jangan Masuk ke Pusaran Politik Demokrat

Kompas.com - 24/02/2013, 12:20 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Komisi Pemberantasan Korupsi diminta tidak masuk ke pusaran politik di Partai Demokrat terakit penetapan tersangka mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum. KPK sebaiknya fokus pada tugasnya untuk menyelidiki kasus dugaan korupsi proyek Hambalang agar cepat tuntas.

"Sebab masyarakat sudah terlalu lama tersandera oleh kasus Hambalang ini. KPK jangan sampai terpancing dan ikut terseret pada pusaran politik di Demokrat sekarang," kata anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat, Martin Hutabarat di Jakarta, Minggu ( 24/2/2013 ).

Hal itu dikatakan Martin menyikapi pernyataan Anas serta Majelis Tinggi Demokrat pascapenetapan tersangka Anas terkait kasus Hambalang.

Martin mengatakan, KPK tidak perlu lagi membuat ramai situasi politik. Dia berharap pimpinan KPK ke depannya tidak perlu terlalu banyak bicara kepada publik sebab rakyat masih percaya terhadap tindakan KPK.

Hanya saja, meski percaya KPK masih berada di jalur yang tepat, politisi Partai Gerindra itu menyayangkan lambannya penyidikan kasus Hambalang yang diduga melibatkan Anas. Akibatnya, terbuka celah bagi publik untuk menafsirkan yang macam-macam.

Seperti diberitakan, Anas menuding penetapan tersangkanya berdasarkan intervensi pihak luar. Anas mengaitkan penetapan status terasngka dengan beberapa peristiwa seperti desakan agar KPK memperjelas statusnya, bocornya draf surat perintah penyidikan, hingga permintaan Majelis Tinggi agar dirinya fokus pada perkara di KPK. Dari penjelasannya, Anas tak gamblang menyebut siapa pihak yang menurutnya mengintervensi KPK.

Majelis Tinggi Demokrat tak mau mengomentari tudingan Anas itu dengan alasan tak tahu apa yang dialami Anas. Dia malah melempar "bola" ke KPK.

"Agar masyarakat mengetahui duduk persoalan, ada baiknya KPK jelaskan spekulasi itu, sepanjang tidak menganggu tugas dan pekerjaan KPK," kata Toto Riyanto, Direktur Eksekutif DPP yang juga anggota Majelis Tinggi Demokrat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

    Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

    Nasional
    PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

    PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

    Nasional
    KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

    KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

    Nasional
    KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

    KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

    Nasional
    Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada 'Abuse of Power'

    Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada "Abuse of Power"

    Nasional
    Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

    Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

    Nasional
    Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

    Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

    Nasional
    Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

    Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

    Nasional
    Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

    Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

    Nasional
    Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

    Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

    Nasional
    Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

    Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

    Nasional
    Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

    Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

    Nasional
    Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

    Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

    Nasional
    Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

    Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

    Nasional
    Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

    Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com