JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berharap agar seluruh kader Demokrat tetap tenang dan menghindari mengeluarkan statement yang tidak perlu dalam menyikapi penetapan tersangka Anas Urbaningrum oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
"Jangan clometan. Partai Demokrat memiliki pemimpin, baik saya maupun Pak Anas," kata SBY dalam pesan singkat yang beredar, Sabtu (23/2/2013).
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Demokrat Saan Mustopa membenarkan pernyataan SBY itu. Pernyataan itu dibuat di kediaman SBY di Puri Cikeas, Bogor, pada Sabtu pagi sebelum Anas menyatakan mundur sebagai Ketua Umum DPP Demokrat.
SBY mengatakan, cara kader yang bertindak sendiri-sendiri melalui pernyataan merupakan penyebab terpuruknya partai. SBY mengucapkan terima kasih kepada kader yang menjalankan seruannya itu. Namun, dia menyayangkan kader yang tidak memegang teguh etika.
"Saya masih menahan diri untuk tidak mengeluarkan statement apapun. Sebab, dalam keadaan seperti ini, statement kita akan disorot oleh rakyat, juga akan menjadi bagian dari sejarah. Dengan demikian, setiap pernyataan harus tepat, terukur, dan memang diperlukan. Kalau kita tahu sistem dan managemen, maka dalam keadaan seperti ini kita harus menggunakan sistem dan mekanisme organisasi," kata SBY.
Dalam pernyataannya, SBY juga menyebut bahwa Majelis Tinggi Partai Demokrat akan melakukan rapat pada Minggu (24/2/2013) besok untuk menyikapi masalah Anas. Setelah itu, SBY akan menyampaikan sikap. SBY juga meminta agar instruksinya itu diteruskan kepada seluruh pengurus daerah.
"Tunjukkan bahwa para kader PD adalah kader yang beretika, berdisiplin, dan loyak kepada garis organisasi. Partai kita sedang dalam keadaan krisis. Oleh karena itu, kita harus bertindak secara tepat, tertib, dan simpatik. Rakyat sedang melihat perilaku kita semua," tutup SBY.
Sebelumnya, Anas mengaku memiliki standar etika yang selalu dipegangnya. Jika ditetapkan tersangka, Anas mengaku memang akan mengundurkan diri sebagai ketua umum. Kebetulan, kata Anas, standar etika itu sejalan dengan pakta integritas yang dibuat oleh Majelis Tinggi Demokrat. Pakta integritas itu sudah ditandatangani Anas pada 14 Februari lalu.
"Dengan atau tanpa pakta integritas itu, standar etik pribadi saya katakan hal sperti itu. Saya berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat," kata Anas.
Dengan pengunduran diri Anas, dengan demikian Majelis Tinggi Demokrat tinggal delapan orang. Mereka, yakni SBY, Wakil Ketua Dewan Pembina Marzuki Alie, Sekretaris Dewan Pembina Jero Wacik, Sekretaris Dewan Kehormatan TB Silalahi, dua Wakil Ketua Umum DPP Max Sopacua dan Jhonny Alen, Sekretaris Jenderal DPP Edhi Baskoro Yudhoyono, dan Direktur Eksekutif DPP Toto Riyanto.
Baca juga:
Demokrat Akan Jadi Partai Santun atau Sadis?
Anas Yakin Tak Terlibat dalam Korupsi Hambalang
Anas: Ketika Diminta Fokus, Saya Sudah Divonis
Anas Mundur sebagai Ketua Umum Partai Demokrat
Anas: Loyalitas Bagian yang Indah dan Menyegarkan