Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertaruhan dalam Tubuh KPK

Kompas.com - 18/02/2013, 11:15 WIB

Oleh Indah Surya Wardhani

KOMPAS.com - Independensi Komisi Pemberantasan Korupsi dipertaruhkan menyusul mencuatnya isu kebocoran draf surat perintah penyidikan atas nama Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Namun, publik tetap meletakkan asa pada lembaga ini agar korupsi tumbang hingga akarnya.

Profesionalisme dan soliditas tak urung menjadi pertanyaan setelah bocornya surat perintah penyidikan (sprindik) KPK. Sprindik yang mencantumkan nama Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum itu kembali menyeret KPK dalam kemelut politik terbaru yang melibatkan elite pemimpin parpol. Penentuan status hukum Anas menjadi penting karena isu kasus korupsi Hambalang menjadi salah satu sebab gonjang-ganjing kepemimpinan Partai Demokrat jelang Pemilihan Umum 2014.

Penanganan atas keterlibatan Anas yang terkesan berlarut-larut telah menimbulkan tudingan bermainnya kepentingan politik. Maklum, dugaan keterlibatan politisi muda itu sudah disebut-sebut dalam Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta yang menyidangkan kasus dugaan korupsi di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Pengusutan kasus ini rentan terseret jerat kepentingan politik karena terjadi di tengah konflik internal Partai Demokrat. Indikasi adanya persoalan intervensi dalam pengusutan kasus Hambalang menantang kredibilitas dan integritas KPK.

Hasil jajak pendapat Kompas pekan lalu menunjukkan, 60,3 persen responden tidak puas dengan kinerja KPK yang terkesan kurang lugas mengusut keterlibatan Anas. Sementara dalam kasus dugaan korupsi lain, seperti pada kasus suap terkait impor daging sapi yang diduga melibatkan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq, kepuasan terhadap kinerja KPK relatif lebih tinggi. Barometer prestasi KPK saat ini tampaknya ditentukan oleh sejauh mana keberhasilan KPK menangani kasus korupsi kakap yang melibatkan sejumlah elite parpol. Jika KPK sukses menuntaskan kasus besar, KPK mendapatkan kepercayaan dan dukungan publik.

Tak terhindarkan bahwa penilaian publik kepada KPK sangat terkait dengan independensi KPK. Sebagai penegak hukum dengan kekuatan penetrasi penyidikan paling besar, hampir semua responden (85,6 persen) menilai KPK belum terbebas dari intervensi kepentingan politik. Pandangan bahwa penanganan koruptor bersifat tebang pilih dibenarkan tiga perempat responden. Selain itu, transparansi yang dilakukan KPK melalui berbagai upaya tampaknya belum mampu menjangkau pemahaman publik. Pendapat publik terbelah, separuh responden menyangsikan, separuh lainnya meyakini bahwa KPK sudah bekerja transparan.

Apresiasi meningkat

Sejauh ini, efektivitas pemberantasan korupsi oleh KPK memang belum mencapai tujuan utama. Salah satunya, penangkapan-penangkapan yang dilakukan KPK dinilai 63,5 persen responden belum bisa memberikan efek gentar kepada para koruptor. Alih-alih jera, justru semakin banyak upaya korupsi terungkap di tengah gangguan eksistensi KPK yang semakin besar. Upaya penggembosan KPK terus terjadi sejak lembaga ini berdiri tahun 2003, mulai dari ”kriminalisasi” pemimpin KPK, pengurangan kewenangan penyadapan, hingga penarikan penyidik Polri.

Saat tersangka korupsi akhirnya diadili, vonis mereka pun kerap kali tak sepadan dengan situasi hiruk-pikuk dalam penangkapannya. Ironisnya, berbagai upaya melemahkan KPK sering bersamaan dengan terjadinya pengusutan kasus besar, seperti proyek Hambalang, bail out Century, proyek wisma atlet, dan proyek simulator. Selain itu, upaya pelemahan KPK sering kali berakhir dengan turun tangannya Presiden memulihkan situasi (misalnya pidato Presiden 8/10/2012).

Namun, meski ada sejumlah pesimisme dan sorotan kepada KPK, secara umum lembaga ini tetap memperlihatkan diri sebagai sosok penegak hukum terkemuka. Di tengah berbagai sorotan, tingkat kepuasan umum responden terhadap KPK justru meningkat menjadi 57,6 persen dibandingkan dengan penilaian di September 2012. Tingkat kepuasan terhadap kinerja KPK dalam memberantas korupsi dinilai jauh lebih baik dibandingkan dengan lembaga penegakan hukum lainnya, seperti kejaksaan, kehakiman, dan kepolisian.

Citra positif lembaga KPK seolah bergeming, tak terpengaruh pemberitaan media sepekan terakhir mengenai friksi kepemimpinan kolektif KPK. Citra KPK terus meningkat hingga awal tahun 2013 ini menjadi 77,8 persen. Malahan, tim KPK di bawah kepemimpinan Abraham Samad dinilai lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

Berjuang sendiri

Pelemahan KPK kali ini boleh jadi lebih berat mengingat KPK justru harus melawan ”musuh di dalam” melalui evaluasi internal kelembagaan. Pimpinan KPK telah menugaskan Deputi Pengaduan Masyarakat dan Pengawasan Internal KPK untuk membentuk tim investigasi guna mengusut dugaan bocornya draf sprindik atas tersangka Anas (Kompas, 11/2/2013). Namun, lebih dari sekadar mengungkap pelaku pembocor dokumen, KPK harus mampu membuktikan integritas dan independensi dalam menjalankan tugas.

Besarnya harapan publik terhadap KPK harus menjadi modal utama KPK dalam memberantas korupsi, terutama kasus kakap yang melibatkan elite politik. Semua itu harus dibuktikan dalam rekam jejak kepemimpinan dan kelembagaan KPK. Bagaimanapun, publik masih melihat, KPK masih berjuang ”di jalan sepi”, menegakkan hukum di tengah minimnya dukungan sistem-perilaku hukum dan kondisi politik.(Litbang Kompas)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wapres Minta RUU Penyiaran Sejalan dengan Cita-cita Demokrasi

Wapres Minta RUU Penyiaran Sejalan dengan Cita-cita Demokrasi

Nasional
HAI Sawit Indonesia dan BPDPKS Gelar FGD “Peluang Ekspor Produk UKMK Sawit Indonesia untuk Dunia”

HAI Sawit Indonesia dan BPDPKS Gelar FGD “Peluang Ekspor Produk UKMK Sawit Indonesia untuk Dunia”

Nasional
Komisi I Bakal Panggil Menkominfo jika PDN Masih Bermasalah

Komisi I Bakal Panggil Menkominfo jika PDN Masih Bermasalah

Nasional
Kumpulkan Pamen, KSAL Wanti-wanti Bahaya Utang Berlebih dan Kebiasaan Judi 'Online'

Kumpulkan Pamen, KSAL Wanti-wanti Bahaya Utang Berlebih dan Kebiasaan Judi "Online"

Nasional
KPK Akan Dalami Dugaan Aliran Dana SYL Ke Firli Bahuri

KPK Akan Dalami Dugaan Aliran Dana SYL Ke Firli Bahuri

Nasional
Saat Bamsoet Bicara soal Amendemen Berujung Diputus Langgar Kode Etik...

Saat Bamsoet Bicara soal Amendemen Berujung Diputus Langgar Kode Etik...

Nasional
Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Divonis 9 Tahun Penjara

Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Divonis 9 Tahun Penjara

Nasional
Sri Mulyani Bakal Cek Aturan Bea Masuk Kain Usai RI Kebanjiran Tekstil Impor

Sri Mulyani Bakal Cek Aturan Bea Masuk Kain Usai RI Kebanjiran Tekstil Impor

Nasional
Golkar Optimistis Bisa Koalisi dengan Gerindra di Pilkada Jakarta, Calonnya Masih Dibahas

Golkar Optimistis Bisa Koalisi dengan Gerindra di Pilkada Jakarta, Calonnya Masih Dibahas

Nasional
Mendagri Buka Suara Pj Gubernur NTB Diganti Pensiunan Jenderal TNI

Mendagri Buka Suara Pj Gubernur NTB Diganti Pensiunan Jenderal TNI

Nasional
PKB Buka Kans Koalisi dengan PDI-P, Sandingkan Marzuki-Risma di Pilkada Jatim

PKB Buka Kans Koalisi dengan PDI-P, Sandingkan Marzuki-Risma di Pilkada Jatim

Nasional
Benny Harman: Belum Ada Rekomendasi Untuk Kembalikan UUD 1945 ke Naskah Asli

Benny Harman: Belum Ada Rekomendasi Untuk Kembalikan UUD 1945 ke Naskah Asli

Nasional
Sudah 6 Pj Kepala Daerah Mundur karena Hendak Maju Pilkada 2024

Sudah 6 Pj Kepala Daerah Mundur karena Hendak Maju Pilkada 2024

Nasional
Didakwa Korupsi Rp 44,5 Miliar, SYL Pamer Kementan Kontribusi Rp 15 Triliun ke Negara

Didakwa Korupsi Rp 44,5 Miliar, SYL Pamer Kementan Kontribusi Rp 15 Triliun ke Negara

Nasional
Menperin Bakal Pelajari Isu Sritex Bangkrut

Menperin Bakal Pelajari Isu Sritex Bangkrut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com