Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekening Gendut DPR, PPATK Diminta Tak Banyak Bicara

Kompas.com - 11/01/2013, 08:26 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pimpinan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) diminta tidak terlalu banyak berbicara kepada publik. Sikap Pimpinan PPATK dianggap malah bakal merusak kredibilitas PPATK.

"Kalau dia (Pimpinan PPATK) begitu terus, malah merendahkan reputasi PPATK sendiri," kata anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Trimedya Panjaitan di Jakarta, Jumat (11/1/2013).

Hal itu dikatakan Trimedya menyikapi rilis PPATK bahwa ada 20 anggota Badan Anggaran DPR yang terindikasi korupsi. Hal itu diketahui berdasarkan hasil analisis PPATK.

Trimedya mengatakan, tugas PPATK membantu tiga penegak hukum, yakni Kepolisian, Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan menyampaikan laporan hasil analisa transaksi mencurigakan. Sebaiknya, kata dia, PPATK tidak menggembar gemborkan temuannya kepada publik, namun meneruskan ke penegak hukum.

"Ibarat pemain bola dia (PPATK) pengumpan. Yang penting kan golnya, bukan gembar gembor di koran. Yang penting umpan ke penegak hukum. Kalau penegak hukum tidak tindaklanjuti, baru dia bicara," katanya.

Trimedya menambahkan, PPATK juga jangan sampai merugikan orang lain. Pasalnya, dia melihat terlalu sederhana ketika PPATK menyebut adanya transaksi keuangan mencurigakan seperti menerima dana yang melebihi gajinya. "Transaksi mencurigakan longgar sekali, tergantung tafsiran mereka," ucapnya.

Pimpinan PPATK, kata Trimedya, juga harus sadar bahwa PPATK di bawah Presiden. Jangan sampai publik mencurigai ada kepentingan pihak tertentu dari pengungkapan sejumlah rekening mencurigakan anggota DPR.

Pasalnya, ucap dia, PDIP sudah memiliki pengalaman buruk menjelang pemilu 2009 terkait pengungkapan kasus suap cek perjalanan ketika pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia tahun 2004 . Sejumlah politisi PDIP terseret kasus itu hingga akhirnya menurunkan perolehan dukungan PDIP di Pileg 2009 .

"Jadi, jangan sampai PPATK dianggap masyarakat sebagai lembaga pemerintah yang menggonggong," pungkas Trimedya.

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Rekening Gendut DPR

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Komisi II Pertimbangkan Bentuk Panja untuk Evaluasi Gaya Hidup dan Dugaan Asusila di KPU

    Komisi II Pertimbangkan Bentuk Panja untuk Evaluasi Gaya Hidup dan Dugaan Asusila di KPU

    Nasional
    Djoko Susilo PK Lagi, Ketua KPK Singgung Kepastian Hukum

    Djoko Susilo PK Lagi, Ketua KPK Singgung Kepastian Hukum

    Nasional
    KPK Geledah Kantor PT Telkom dan 6 Rumah, Amankan Dokumen dan Alat Elektronik

    KPK Geledah Kantor PT Telkom dan 6 Rumah, Amankan Dokumen dan Alat Elektronik

    Nasional
    Pembukaan Rakernas Ke-5 PDI-P Akan Diikuti 4.858 Peserta

    Pembukaan Rakernas Ke-5 PDI-P Akan Diikuti 4.858 Peserta

    Nasional
    KPK Gelar 'Roadshow' Keliling Jawa, Ajak Publik Tolak Politik Uang

    KPK Gelar "Roadshow" Keliling Jawa, Ajak Publik Tolak Politik Uang

    Nasional
    Bobby ke Gerindra padahal Sempat Bilang 'Insya Allah' Gabung Golkar, Mekeng: 'Nothing Special'

    Bobby ke Gerindra padahal Sempat Bilang "Insya Allah" Gabung Golkar, Mekeng: "Nothing Special"

    Nasional
    PPP Disebut Tak Bisa Lolos Parlemen, Mardiono: Ketua KPU Bukan Pengganti Tuhan

    PPP Disebut Tak Bisa Lolos Parlemen, Mardiono: Ketua KPU Bukan Pengganti Tuhan

    Nasional
    Soal Dapat Jatah 4 Kursi Menteri, Ketum PAN: Hak Prerogatif Prabowo

    Soal Dapat Jatah 4 Kursi Menteri, Ketum PAN: Hak Prerogatif Prabowo

    Nasional
    Galang Dukungan di Forum Parlemen WWF Ke-10, DPR Minta Israel Jangan Jadikan Air Sebagai Senjata Konflik

    Galang Dukungan di Forum Parlemen WWF Ke-10, DPR Minta Israel Jangan Jadikan Air Sebagai Senjata Konflik

    Nasional
    Alasan PDI-P Tak Undang Jokowi Saat Rakernas: Yang Diundang yang Punya Spirit Demokrasi Hukum

    Alasan PDI-P Tak Undang Jokowi Saat Rakernas: Yang Diundang yang Punya Spirit Demokrasi Hukum

    Nasional
    Waketum Golkar Kaget Bobby Gabung Gerindra, Ungkit Jadi Parpol Pertama yang Mau Usung di Pilkada

    Waketum Golkar Kaget Bobby Gabung Gerindra, Ungkit Jadi Parpol Pertama yang Mau Usung di Pilkada

    Nasional
    Pj Ketum PBB Sebut Yusril Cocok Jadi Menko Polhukam di Kabinet Prabowo

    Pj Ketum PBB Sebut Yusril Cocok Jadi Menko Polhukam di Kabinet Prabowo

    Nasional
    Penerbangan Haji Bermasalah, Kemenag Sebut Manajemen Garuda Indonesia Gagal

    Penerbangan Haji Bermasalah, Kemenag Sebut Manajemen Garuda Indonesia Gagal

    Nasional
    DKPP Didesak Pecat Ketua KPU dengan Tidak Hormat

    DKPP Didesak Pecat Ketua KPU dengan Tidak Hormat

    Nasional
    JK Nilai Negara Harus Punya Rencana Jangka Panjang sebagai Bentuk Kontrol Kekuasaan

    JK Nilai Negara Harus Punya Rencana Jangka Panjang sebagai Bentuk Kontrol Kekuasaan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com