Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turba Presiden Cemari Blusukan Jokowi?

Kompas.com - 05/01/2013, 08:22 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Jauh sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo telah melakukan kegiatan blusukan semasa menjabat sebagai wali kota Solo selama 7 tahun. Model blusukan ala Jokowi tersebut sejatinya adalah gaya kepemimpinan yang alami, bukan pencitraan.

Hal tersebut berbeda dengan turba atau turun ke bawah ala Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang baru dicanangkan pada tahun ini. Turba ala SBY tergolong sebagai tindakan pencitraan yang manipulatif. Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti menanggapi aksi turba Presiden di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang, Jumat (4/1/2013).

"Pola blusukan ala Jokowi yang tulus bisa-bisa akan tercemar. Akan mudah dicurigai sebagai cara untuk menaikkan citra. Pola blusukan alami ala Jokowi akan tercemar dengan turba citra ala SBY," kata Ray di Jakarta, Jumat.

Ray menjelaskan, tujuan Presiden mengunjungi rakyatnya berbeda dengan Jokowi. Tujuan Presiden, lanjutnya, sekadar untuk menaikkan citra. Hal itu membuat kunjungan Presiden tidak dilakukan sepenuh hati, sementara Jokowi terbukti konsisten mengunjungi rakyat. Hal tersebut, menurutnya, adalah unsur alami dari gaya kepemimpinan Jokowi.

"Presiden kita ini kan mabuk citra. Apa pun dilakukan asal menaikan citranya. Tak penting apakah tindakannya itu pura-pura, manipulatif, ecek-ecek, atau meniru gaya alami pemimpin lain," pungkasnya.

Seperti diberitakan, Presiden akan lebih agresif melakukan kunjungan kerja menemui rakyat di berbagai daerah di sisa masa jabatannya hingga 2014 . Selain itu, kegiatan seremonial dan protokoler bakal berkurang.

"Presiden SBY akan memakai waktu terbaiknya dalam dua tahun kedepan untuk turba, alias turun ke bawah," kata Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa di Jakarta, Jumat (4/1/2013), kepada Kompas.com.

Daniel mengatakan, ke depannya, kunker Presiden akan lebih banyak dilakukan tanpa pemberitahuan mengenai tujuannya. Daniel menjelaskan, tujuan dari turba itu untuk memantau dan mengevaluasi implementasi kebijakan serta program aksi pemerintah pusat dan daerah. Dengan berinteraksi langsung dengan warga, kata dia, diharapkan warga dapat menerima informasi langsung dari Presiden tentang pencapaian, hambatan, serta hal yang perlu dilakukan untuk perbaikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

    Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

    Nasional
    Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

    Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

    Nasional
    Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

    Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

    Nasional
    Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

    Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

    Nasional
    Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

    Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

    Nasional
    Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

    Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

    Nasional
    Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

    Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

    Nasional
    Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

    Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

    Nasional
    Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

    Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

    Nasional
    Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

    Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

    Nasional
    Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

    Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

    Nasional
    Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

    Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

    Nasional
    UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

    UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

    Nasional
    Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

    Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com