Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jutaan Warga Akan Makin Terjerat Narkoba

Kompas.com - 18/12/2012, 13:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Peredaran narkotika benar-benar mengancam negeri ini. Narkotika semakin merasuk ke banyak lapisan masyarakat dan mewabah. Angka pengguna narkotika tahun 2015 diprediksi mencapai 5,1 juta orang, naik 34 persen dibandingkan dengan pengguna pada 2011.

Berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia, tahun 2011 angka prevalensi (pengguna) hanya 2,2 persen (3,8 juta orang), tahun 2012 prevalensi 2,44 persen (4,32 juta orang), tahun 2013 prevalensi 2,56 persen (4,58 juta orang), dan pada 2014 prevalensi 2,68 persen (4,85 juta orang).

Direktur Diseminasi Informasi BNN Gun Gun Siswadi mengingatkan hal itu dalam acara Sosialisasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba untuk Jurnalis, di Jakarta, Senin (17/12/2012).

Upaya penyelundupan narkotika di Indonesia melalui Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta hingga kini juga masih terjadi. Dari keterangan Kepala Bea dan Cukai Bandara Internasional Soekarno-Hatta Oza Olavia, selama tahun 2012, sejak Januari hingga 17 Desember tercatat 36 kasus, dengan barang bukti 25,1 kilogram dan 341 butir berbagai jenis narkotika. Jenis-jenis itu antara lain sabu, ketamin, levometorfan, kokain, mariyuana, dan heroin.

Dari sejumlah kasus tersebut, 36 warga Indonesia ditangkap dan sudah diproses secara hukum. Lainnya, 4 orang berkebangsaan Nigeria dan China, 2 warga negara Malaysia, serta masing-masing 1 warga Brasil, Belanda, dan Sierra Leone.

”Mereka yang ditangkap sudah diproses hukum,” kata Oza, didampingi Wakil Kepala Kepolisian Resor Khusus Bandara Ajun Komisaris Besar Tantan Sulistyana.

Bingkai lukisan

Terakhir, dua wanita warga Indonesia, yaitu DY (32) dan S (30), ditangkap karena diduga jadi kurir narkoba jaringan sindikat internasional. DY ditangkap di Cikarang, Bekasi, sedangkan S ditangkap di Stasiun Kereta Api Manggarai, Jakarta.

DY adalah penerima paket lukisan kiriman dari China, yang belakangan diketahui bahwa di dalam bingkai lukisan itu berisi 350 gram sabu senilai Rp 477 juta.

Setelah ditelusuri, menurut Tantan, DY ternyata terpidana kasus narkoba yang baru keluar dari Rumah Tahanan Pondok Bambu karena mendapat pembebasan bersyarat.

Menurut Tantan, petugas masih mengembangkan kasus ini karena ada indikasi bahwa kedua wanita tersebut hanya diperalat sindikat narkoba jaringan internasional.

”DY yang bekerja sebagai kasir salah satu tempat hiburan malam di Jakarta menjalin hubungan dengan seorang kulit hitam. Sejauh mana kedekatan DY dengan pria asing berkulit hitam itu, masih terus diselidiki,” lanjutnya.

Polisi mencurigai orang yang menyuruh DY untuk menerima paket sabu yang dikirim dari China itu masih tinggal di Indonesia. Dugaan ini diperkuat dari keberadaan S yang juga disuruh mengambil paket dari tangan DY di Stasiun Manggarai.

”Untuk mengambil paket ini, DY dan S masing-masing mendapat upah Rp 3 juta,” kata Tantan.

Perbuatan kedua wanita itu dijerat dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. ”Karena barang bukti melebihi 5 gram, DY dan S dipidana penjara paling lama 20 tahun serta denda Rp 10 miliar,” ujar Tantan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com