Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Harus Boikot Bahas Revisi UU KPK

Kompas.com - 27/09/2012, 16:28 WIB
Sandro Gatra

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus memerintahkan jajarannya untuk menolak terlibat dalam pembahasan revisi Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi di Dewan Perwakilan Rakyat. Ini kesempatan Presiden untuk menunjukkan bahwa dirinya berada di garda terdepan dalam upaya memerangi korupsi. Pasalnya, revisi UU KPK dinilai hanya akan melemahkan KPK.

"Presiden harus boikot (pembahasan revisi UU KPK). Ketika diundang DPR tidak hadir," kata Wakil Koordinator Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson Yunto saat diskusi di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (27/9/2012).

Emerson menilai semangat DPR merevisi UU KPK hanya untuk melemahkan KPK. Dia mengaku sulit percaya pernyataan para politisi bahwa revisi itu untuk memperkuat KPK. Alasannya, setidaknya ada 48 anggota Dewan yang diproses KPK. Selain itu, kata dia, langkah KPK yang menggeledah Badan Anggaran DPR, sumber keuangan parpol.

"Bagaimana publik percaya, beberapa statement anggota DPR saja bubarkan KPK. Ini ada kepentingan-kepentingan yang terganggu. KPK telah merusak tatanan pengumpulan dana-dana kampanye parpol," kata Emerson.

Penilaian Emerson itu berdasarkan subtansi draf revisi UU KPK. Dalam draf usulan Komisi III yang masuk di Badan Legislasi, kewenangan penuntutan yang dimiliki KPK dihapus. Selain itu, diatur sejumlah mekanisme penyadapan, salah satunya mendapat izin ketua pengadilan negeri.

Emerson menambahkan, jika DPR tetap melanjutkan revisi UU KPK, pihaknya akan melakukan gerakan moral untuk mempublikasikan nama-nama politisi maupun parpol mana saja yang mendukung revisi UU KPK. Sasarannya, yakni daerah pemilihan para politisi tersebut. "Supaya mereka tidak didukung lagi," pungkas dia.

Berita terkait wacana revisi UU KPK dapat diikuti dalam topik "Revisi UU KPK"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

    Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

    Nasional
    Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

    Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

    Nasional
    Prabowo Akui Cita-Citanya Adalah Jadi Presiden: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

    Prabowo Akui Cita-Citanya Adalah Jadi Presiden: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

    Nasional
    Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

    Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

    Nasional
    Perayaan Tri Suci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

    Perayaan Tri Suci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

    Nasional
    Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

    Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

    Nasional
    SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

    SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

    Nasional
    Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

    Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

    Nasional
    Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

    Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

    Nasional
    KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

    KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

    Nasional
    Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

    Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

    Nasional
    Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

    Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

    Nasional
    Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

    Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

    [POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

    Nasional
    GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

    GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com