JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane menyatakan, pola penyerangan yang dilakukan pihak tertentu terhadap anggota polisi di lapangan perlu dicermati Polri secara jernih agar polisi-polisi di lapisan bawah tidak terus-menerus menjadi korban. Dalam pandangan IPW, penembakan terhadap polisi di Solo bukan dilakukan teroris yang selama ini disebut-sebut polisi.
"Ada hal yang sangat berbeda dan signifikan, yakni pelaku menembak polisi dari jarak dekat menggunakan senjata yang menurut polisi adalah FN. Fakta yang ada selama ini, para teroris selalu menyerang targetnya dari jarak jauh memakai remote control atau telepon seluler. Kalaupun ada serangan jarak dekat, hanya aksi bom bunuh diri," kata Neta, Selasa (4/9/2012).
Menurut Neta, pelaku yang berani menembak polisi dari jarak dekat diduga orang-orang terlatih dan sudah terbiasa berada di lingkungan aparat keamanan. Oleh sebab itu, IPW menilai, antara penembakan polisi di Solo dan penyergapan polisi di Solo adalah dua hal yang berbeda.
Seperti diberitakan sebelumnya, polisi antiteror pada Jumat malam lalu menyergap tiga orang yang diduga menembak Ajun Inspektur Dua (Anumerta) Dwi Data Subekti hingga tewas. Dua dari tiga terduga pelaku itu, yakni Farhan Mujahidin (19) dan Mukhsin Sanny Permadi (20), tewas dalam baku tembak di Jalan Veteran, Kelurahan Tipes, Solo. Satu lainnya, Bayu Setiono, warga Tipes, ditangkap di kediaman mertuanya di Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.