Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Galau Seorang Wakil Rakyat

Kompas.com - 29/07/2012, 03:38 WIB

Kreativitas dan entrepreneurship (kewiraswastaan) merupakan tuntutan mutlak dalam era globalisasi yang serba cepat. Dunia telah menjadi satu kampung besar di mana pengaruh positif dan negatif beradu. Perubahan wajah dunia akibat globalisasi menuntut solusi proses pendidikan pedagogik kritis agar manusia tidak tercabut dari sapuan gelombang globalisasi yang maha dahsyat. Metode ini menanamkan jargon the power of difference, yakni sikap kritis untuk berani berbeda, yang merupakan landasan dari kreativitas dan kewiraswastaan.

Pendidikan tradisional saat ini berlawanan dengan pedagogik kritis. Sistem pendidikan, proses pendidikan, dan kurikulum disusun tidak berdasar kebutuhan peserta didik, tetapi untuk kepentingan politik orang dewasa. Di Indonesia, nuansa politik dalam pendidikan sangat terasa. Sejak merdeka, berbagai jenis kurikulum berubah seiring pergantian menteri. Pada dasarnya kurikulum tersebut sama saja, memukul rata peserta didik di seluruh pelosok Nusantara dengan tolak ukur ujian nasional. Kurikulum bukan lagi diarahkan kepada kehidupan, tetapi diarahkan kepada selembar ijazah sebagai legitimasi keberhasilan di masyarakat. Sistem pendidikan sentralistis akan mematikan kemampuan kreativitas peserta didik.

Pada era global, sosok entrepreneur (wiraswasta) menjadi idaman output pendidikan. Lembaga pendidikan alternatif pun muncul di Tanah Air. Dengan kurikulum khusus dalam pengembangan kewiraswastaan, lembaga-lembaga baru ini siap mengejar defisit wiraswasta di Indonesia. Sebuah negara maju sekurang-kurangnya memiliki dua persen dari jumlah penduduknya, sementara di negara kita baru tersedia sekitar 0,8 persen.(IGP/LITBANG KOMPAS)

***

• Judul: The Social Media Sales Revolution • Penulis: Landy Chase & Kevin Knebl • Penerbit: McGraw Hill, 2011 • Tebal: xvi+240 halaman • ISBN: 978-0-07-176850-4

Dunia maya telah mengubah cara orang berkomunikasi. Pada dekade terakhir, internet menjadi media tumpuan untuk menggali dan bertukar informasi. Dalam praktik bisnis, keunggulan telepon untuk menjaring dan menjerat pelanggan pun meredup. Posisinya digantikan oleh jejaring komunikasi sosial yang lebih ampuh mendekati target pasar, membangun relasi, dan meningkatkan penjualan. Masa depan penjualan bergantung pada LinkedIn, Twitter, Facebook, dan blog.

Semua perusahaan yang tercakup pada Fortune 500 menggunakan LinkedIn sebagai instrumen bisnis. Media ini tidak hanya memperluas jaringan, tetapi juga menjanjikan untuk mendekati target. Profil yang diunggah bisa difungsikan sebagai sarana pemasaran. Demikian juga dengan mengamati profil anggota LinkedIn, yang rata-rata berusia 43 tahun dan berpenghasilan 107.000 dollar AS per tahun, terbuka informasi dan peluang untuk kepentingan dagang. Usia pengguna Twitter lebih muda. Meski sangat populer di kalangan remaja, golongan usia 35-45 tahun tumbuh pesat. Sebagai pengirim pesan pendek yang mendunia, setiap obrolan menarik selalu mengundang tanggapan dan menimbulkan efek berantai yang dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan misi bisnis. Fenomena Facebook beda lagi. Inilah komunitas online terbesar di dunia dengan lebih dari 500 juta anggota. Media ini menyediakan bantuan sehingga iklan hanya terfokus pada pasar yang disasar. Fasilitas seleksi yang diberikan memungkinkan efisiensi iklan dan promosi.

Ketiga sarana itu dapat ditautkan dengan blog yang merupakan saluran mengekspresikan diri melalui tulisan, termasuk gagasan untuk menawarkan suatu produk. Media sosial adalah masa depan pengembangan bisnis. Strategi pemasaran dan metode berjualan melalui komunikasi tertulis harus ditingkatkan dengan mengindahkan kode etik dan tata cara berbahasa yang menghormati penerimanya. (THA/Litbang Kompas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com