Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Hobi DPR Tidak Disukai Rakyat"

Kompas.com - 28/06/2012, 16:52 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dewan Perwakilan Rakyat dinilai tidak bisa memakai alasan penghematan keuangan negara ketika menahan anggaran untuk pembangunan gedung baru Komisi Pemberantasan Korupsi sebab Dewan sendiri menghambur-hamburkan uang negara. DPR dinilai hanya mencari alasan dan tidak mewakili aspirasi rakyat.

"Anggota DPR seolah-olah punya hobi yang tidak disukai publik. Apa saja yang tidak disukai publik, tapi disukai DPR. Apa saja yang disukai publik, tapi tidak disukai DPR. Jadi hobinya DPR tidak mewakili suara rakyat," kata Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (28/6/2012).

Penilaian Ray itu berdasarkan sikap para politisi yang kerap studi banding beramai-ramai keluar negeri dengan menghabiskan dana hingga puluhan miliar rupiah. Namun, manfaat dan hasil studi banding itu tidak jelas.

Ray mengkritik sikap para politisi yang tak terima ketika hasil jajak pendapat berbagai lembaga survei menilai buruk anggota lembaga tinggi negara itu. Ray berpendapat bahwa seharusnya para politisi di Senayan malu jika mayoritas masyarakat menilai mereka buruk. "Kalau 50 persen plus satu masyarakat tidak suka DPR, mundur saja sebagai anggota," ucapnya.

Ray juga tak sependapat jika cara menyelesaikan polemik pembangunan gedung baru KPK dengan meminta bantuan rakyat alias saweran. Langkah itu, kata dia, bisa menambah pertikaian antara DPR dan KPK yang sudah terjadi sejak kepemimpinan KPK jilid II.

"Selalu ada jalan penyelesaian dengan cara dewasa. KPK ini punya penyakit, dihadang sedikit langsung ngeluh ke rakyat. Dukungan besar kepada KPK ini karena saingannya DPR. Kalau saingannya institusi lain, belum tentu seperti ini. DPR sudah jadi institusi di mana ketidaksukaan DPR bersatu," kata Ray.

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Gerindra Martin Hutabarat mengakui bahwa rakyat akan semakin membenci Dewan setelah menahan anggaran pembangunan gedung KPK. Dia mengaku bahwa fraksinya mendukung dana segera dikucurkan. "Citra kita (DPR) sudah kurang baik. Jangan diperburuk lagi dengan ini. Kita berusaha agar ini jangan menggelinding. Kampus bergerak, rakyat di mana-mana bergerak," kata Martin.

Para pimpinan KPK mengatakan, total biaya yang dibutuhkan untuk membangun gedung baru KPK di tanah seluas 27.600 meter persegi mencapai Rp 225 ,7 miliar. Anggaran itu meliputi biaya pekerjaan fisik senilai Rp 215 miliar, konsultan perencana Rp 5,48 miliar, managemen konstruksi Rp 4,38 miliar, dan pengelolaan kegiatan Rp 766 juta. Jika disetujui, anggaran akan dikucurkan dalam waktu tiga tahun mulai dari 2012 sampai 2014. Pada tahap pertama, akan dikucurkan Rp 16,7 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

    Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

    Nasional
    Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

    Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

    Nasional
    Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

    Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

    Nasional
    Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

    Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

    Nasional
    Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

    Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

    Nasional
    Tak Setuju Istilah 'Presidential Club', Prabowo: Enggak Usah Bikin Klub, Minum Kopi Saja

    Tak Setuju Istilah "Presidential Club", Prabowo: Enggak Usah Bikin Klub, Minum Kopi Saja

    Nasional
    1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

    1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

    Nasional
    Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

    Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

    Nasional
    Hormati jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

    Hormati jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

    Nasional
    Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

    Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

    Nasional
    PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

    PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

    Nasional
    KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

    KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

    Nasional
    Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

    Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

    Nasional
    Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

    Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

    Nasional
    Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

    Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com