Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kelebihan Sukhoi Super Jet yang Dilirik Pembeli

Kompas.com - 11/05/2012, 10:21 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan anggota Kaukus Penerbangan DPR RI, Alvin Lie, berpendapat bahwa pesawat Sukhoi Super Jet 100 mempunyai sejumlah kelebihan. Salah satunya yakni lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar karena badan pesawat yang ramping.

"Mereka kan kalibernya setara dengan Embraer. Maksudnya ini kan memang pesawat jet generasi baru dengan menyasar pasar yang berpenumpang di bawah 100 orang," sebut Alvin ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (11/5/2012).

Menurut Alvin, pasar pesawat yang berpenumpang di bawah 100 orang sedang berkembang. Sebelumnya lebih banyak ke pesawat berkapasitas sekitar 150 orang. Dengan jumlah kapasitas penumpang yang lebih sedikit dan konfigurasi tempat duduk 3+2 maka badan pesawat pun ramping. Rampingnya badan pesawat SSJ 100 ini membuat pesawat lebih hemat dalam mengonsumsi bahan bakar.

"Lebih hemat dibanding Boeing 737 atau Airbus 320 karena lebih ringan, lebih kecil. Dia lebih ramping kan konfigurasi tempat duduk 3+2, yang lain 3+3," jelas Alvin.

Dengan badan yang ramping, pesawat pun tidak butuh landasan yang panjang. Landasan 1.800 meter sudah cukup bagi SSJ 100. Kondisi tersebut membuat pesawat buatan Rusia ini cocok untuk penerbangan regional ke kota-kota kecil di Indonesia.

"Nggak ada masalah untuk dipakai di Indonesia, tergantung dari segi pemasaran dari maskapai sendiri seperti untuk melayani daerah-daerah tertentu," katanya seraya menambahkan bahwa harga SSJ 100 lebih murah ketimbang pesawat sejenis merek lain.

Dalam situsnya, Sukhoi memang mengklaim SSJ 100 hemat dalam bahan bakar. Hal itu didukung penggunaan sayap generasi ketiga dari supercritical airfoil dan aerodinamis lokal yang sangat baik. Dikombinasikan lagi dengan kontrol pesawat yang seimbang dalam mode autopilot.

Berat pesawat dan penggunaan mesin SaM 146 juga diklaim mengurangi konsumsi bahan bakar per kursi sebesar 10 persen dibandingkan para pesaingnya. Pesawat yang sekelas dengan Embraer E-170 buatan Brasil dan Bombardier CRJ-700 yang dibuat Kanada ini dibuat dengan kapasitas 75-95 tempat duduk dan jarak jelajah 3.000-4.500 kilometer.

Dalam pembuatan SSJ 100, Sukhoi menggandeng beberapa perusahaan seperti Alenia Aeronautica dari Italia, Thales dan Snecma dari Perancis dan Liebherr dari Swiss. Tak luput pula Boeing dari Amerika Serikat digandeng sebagai konsultan. Sukhoi berkonsultasi dengan Boeing dalam hal desain, manufaktur, sertifikasi, sistem, manajemen suplai, pemasaran hingga dukungan purna jual.

Dengan segala kecanggihannya, SSJ 100 pun menawarkan kelebihan dengan memasang harga lebih rendah daripada pesaingnya, yakni sekitar 31,7-35 juta dollar AS per unit. Pertimbangan karakteristik dan harganya membuat sejumlah maskapai di Indonesia tertarik untuk membeli pesawat tersebut.

Sky Aviation telah memesan sebanyak 12 armada SSJ 100 dan dijadwalkan tiba semester II-2012. Sedangkan, Kartika Airlines memesan 30 armada yang diagendakan tiba September mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

    Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

    Nasional
    Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

    Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

    Nasional
    Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

    Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

    Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

    Nasional
    PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

    PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

    Nasional
    Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

    Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

    Nasional
    Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

    Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

    Nasional
    SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

    SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

    Nasional
    DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

    DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

    Nasional
    Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

    Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

    Nasional
    DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

    DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

    Nasional
    KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

    KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

    Nasional
    Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

    Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

    Nasional
    Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

    Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

    Nasional
    Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

    Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com