Kemudian pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, semasa Ajib Hamdani dan 39 teman-temannya melaksanakan sekolah dinas di Universitas Diponegoro (Undip), kebijakan gaji, tunjangan, IPK, SPPD, dll kembali dengan sistem mengambil tunai di Kantor Pusat DJP.
Untuk masa 2 (dua) tahun itu, kembali Ajib diberi amanah sebagai koordinator. Kembali ke rutinitas sebelumnya, ambil uang tunai, setor ke rekening pribadi, sebagian ke rekening istri, transfer ke seluruh penerima yang berhak, dan seterusnya.
Setelah tahun 2007, penempatan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kelapa Gading, Ajib sudah memulai sebagian bisnisnya, yang bergerak di bidang industri.
Dimulai mendapatkan purchase order (PO) dari WIKA Intrade untuk memproduksi regulator tabung gas di Cileungsi. Berhubung belum ada rekening perusahaan, maka pembayaran invoice dan perputaran uang, memakai rekening pribadi (untuk bagian ini akan dijabarkan lebih lanjut di bagian bisnis).
Dengan adanya pemakaian rekening untuk begitu banyak kegiatan, perputaran angka sebesar 17 miliar akan menjadi sangat logis.
Kalau untuk saldo, maaf, jangan ditanya. Dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2011, sepertinya saldo masing-masing rekening di akhir bulan, jarang di atas Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah). Maklum uangnya untuk diputar lagi di bisnis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.