Akibatnya, harga kebutuhan pokok di Krayan melambung. Sebagai gambaran, harga gula pasir Rp 14.000 per kilogram, bensin Rp 20.000 per liter, semen bisa mencapai Rp 500.000 per zak. Padahal, ada 11.431 warga yang tinggal di wilayah yang terbagi dalam dua kecamatan itu, yakni Krayan dan Krayan Selatan.
Anggota DPRD Kaltim, Iwan Lolang, menyatakan, kondisi di Kaltim tidak sepenuhnya kesalahan pemerintah di daerah, tetapi juga soal kebijakan pemerintah pusat. Ia menyebutkan, hasil eksploitasi kekayaan Kaltim banyak disedot ke Jakarta, tetapi sangat sedikit yang kembali ke Kaltim.
Sebagai gambaran, pada 2010 Kaltim menyumbang Rp 320 triliun untuk pendapatan regional domestik bruto nasional meski yang dikembalikan ke daerah hanya Rp 17 triliun. ”Kaltim ibaratnya yang menghidupi Indonesia, tetapi apa imbal baliknya? Pemerintah pusat harusnya menyadari ini sehingga lebih banyak membantu Kaltim,” kata Lolang.
Tidak muluk-muluk, warga Kaltim ingin demokrasi yang menyejahterakan. Sederhananya, mereka ingin berdemokrasi dengan perut terisi….
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.