Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Anas dan Muhaimin Masih Sulit Didongkel?

Kompas.com - 13/09/2011, 22:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar, sedang didera masalah yang hampir mirip. Keduanya dikait-kaitkan dengan kasus korupsi yang melibatkan orang-orang terdekat mereka.

Baik Anas dan Muhaimin juga memiliki kemiripan latar belakang. Keduanya pernah memimpin organisasi kemahasiswaan berbasis Islam. Anas pernah menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam, Muhaimin pernah menjadi Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

Anas dikaitkan dengan kasus korupsi mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, yang saat ini ditetapkan sebagai tersangka kasus suap ke sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Wafid Muharram terkait pembangunan wisma atlet SEA Games di Jakabaring Palembang.

Muhaimin yang juga Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dikaitkan dengan kasus suap menyuap dua pejabat di kementerian itu, terkait pencairan Dana Percepatan Infrastruktur Daerah (DPID) transmigrasi.

Namun saat ni keduanya masih sama-sama aman di posisinya. Anas tetap menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, Muhaimin masih memimpin Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Mengapa keduanya masih sulit didongkel? Menurut Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat La Ode Ida, basis dan jaringan Anas serta Muhaimin sebagai bekas pemimpin organisasi mahasiswa yang cukup besar di negeri ini, masih tersisa. "Mereka masih punya jaringan ke atas dan ke bawah," kata La Ode di Jakarta, Selasa (13/09/2011).

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meskipun merupakan atasan keduanya, baik secara politik maupun pemerintahan, menurut La Ode tetap sulit mendongkelnya.

La Ode menyatakan, Presiden Yudhoyono khawatir akan ada reaksi besar-besaran dari kalangan elit di atas maupun bawah, yang menjadi basis dan jaringan Anas maupun Muhaimin.

"Dengan begini, akan terus menerus terjadi reproduksi kebiasaan korupsi. Padahal keduanya dulu juga dikenal ikut menumbangkan rejim yang jahat sebelum reformasi. Sekarang kalau mereka melakukan kesalahan tak bisa divonis. Paling-paling yang memvonis hanya media, yang tak berarti apa-apa bagi pengambil kebijakan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

    Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

    Nasional
    Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

    Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

    Nasional
    Anies Mau Istirahat Usai Pilpres, Refly Harun: Masak Pemimpin Perubahan Rehat

    Anies Mau Istirahat Usai Pilpres, Refly Harun: Masak Pemimpin Perubahan Rehat

    Nasional
    Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

    Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

    Nasional
    Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

    Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

    Nasional
    Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

    Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

    [POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

    Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

    Nasional
    Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

    Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

    Nasional
    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Nasional
    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Nasional
    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Nasional
    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Nasional
    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com