Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sampai Nama yang Disebut Nazar Hilang

Kompas.com - 10/08/2011, 14:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengingatkan, jangan sampai nama-nama yang selama ini disebut Nazaruddin, tersangka kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games 2011, hilang begitu saja dalam proses penyidikan. Oleh karena itu, ia berpesan agar proses hukum terhadap Nazaruddin berjalan transparan dan tanpa intervensi.

"Yang paling penting, Nazaruddin harus dilindungi dari intervensi nanti kalau ada intervensi dan ada nama-nama yang tak jadi disebut. Saya kira nama-nama yang sudah telanjur disebut jangan sampai terhapus, terpupus. Justru kita akan curigai kalau nama-nama yang sudah disebutkan itu hilang begitu saja," katanya di Gedung DPR RI, Rabu (10/8/2011).

Menurut Din, kebebasan Nazaruddin dalam menyebutkan nama-nama baru yang diduga terlibat dalam kasus-kasus korupsi harus dijamin. Apalagi, muncul pula kabar, Nazaruddin terkait pula dalam rencana pembangunan Gedung DPR RI sebelumnya.

Yang dimaksud Din adalah PT Duta Graha Indah (DGI). Perusahaan milik Nazaruddin ini adalah satu dari lima pemenang proses tender prakualifikasi gedung baru DPR. PT DGI mundur dari proses tender gedung baru DPR.  Perusahaan ini juga pelaksana pembangunan wisma atlet di Palembang, Sumatera Selatan, untuk keperluan SEA Games 2011.

Lebih lanjut Din menyatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus menginstruksikan kepada seluruh aparat penegak hukumnya untuk mengawal Nazaruddin dan memberikan perlindungan, baik sebagai tersangka maupun sebagai saksi.

Jika pemerintah dan Presiden gagal melindungi Nazaruddin, Din memperkirakan ini akan menjadi skandal nasional. KPK juga diminta segera mengambil alih proses hukum selanjutnya begitu Nazaruddin tiba di tanah air, termasuk soal penahanannya.

Din mengaku masih menaruh kepercayaan tinggi kepada KPK dalam menindaklanjuti kasus ini meski di tengah kabar yang tidak sedap tentang KPK belakangan ini.

"Kalau sampai terjadi apa-apa pada Nazaruddin akan menimbulkan fitnah besar. Jadi harus ada pengamanan ekstra, karena dia sumber atas segala sumber untuk membongkar kasus ini," tandasnya.

Seperti diberitakan, selama masa pelariannya Nazaruddin sempat menuding Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng turut menerima aliran dana sebesar Rp 4 miliar dari kasus proyek wisma atlet Sea Games.

Selain Andi, Nazaruddin juga menuding beberapa kader Demokrat diantaranya Anas Urbaningrum, I Wayan Koster, dan Angelina Sondakh terlibat dalam kasusnya. Nazaruddin juga sempat menyebarkan pesan pendek yang menyebut politisi Partai Demokrat sekaligus Wakil Ketua Badan Anggaran DPR Mirwan Amir menyerahkan Rp 7 miliar ke Anas Urbaningrum untuk pengamanan media dan Andi Malarangeng menerima Rp 5 miliar dalam kasus yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

    Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

    Nasional
    Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

    Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

    Nasional
    Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

    Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

    Nasional
    Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

    Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

    Nasional
    PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

    PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

    Nasional
    Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

    Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

    Nasional
    Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

    Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

    Nasional
    Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

    Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

    Nasional
    Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

    Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

    Nasional
    Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

    Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

    [POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

    Nasional
    Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

    Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

    Nasional
    Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

    Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

    Nasional
    Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

    Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

    Nasional
    Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

    Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com