Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arsyad Tuding Mahfud Alihkan Isu Suap

Kompas.com - 28/06/2011, 18:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Hakim Konstitusi, Arsyad Sanusi menuding Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD melemparkan kasus dugaan pemalsuan dan penggelapan surat putusan Mahkamah Konstitusi ke publik hanya untuk pengalihan isu semata. Isu yang dimaksudkannya adalah kasus dugaan suap kepada Sekretaris Jenderal Janedjri M Gaffar yang dilakukan oleh politisi Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

Mahfud pernah mengungkapkan bahwa Janedjri pernah ditawari uang senilai 120 dollar Singapura yang tidak jelas untuk tujuan apa. Namun, menurut Janedjri maupun Mahfud, uang itu telah dikembalikan kepada Nazaruddin.

"Banyak persoalan lain yang tengah dihadapi bangsa ini. Apakah tuduhan itu (tuduhan keterlibatan Arsyad Sanusi) bukan merupakan pengalihan isu dari kasus bekas pengurus Demokrat, Nazaruddin dengan Janedjri. Sekali lagi ini adalah pengalihan isu," kata Arsyad di Ruang Komisi II, Gedung DPR RI, Selasa (28/6/2011).

Arsyad juga menuding MK memelintir dan melakukan pembunuhan karakter terhadap dirinya. Apalagi, ia membantah keterlibatannya dalam kasus itu. "Terdapat motivasi terselubung dari Ketua MK dan Sekjen MK, karena secara tidak jujur memelintir dan mengkriminalisasi semua persoalan dan melakukan pembunuhan karakter terhadap saya," tutur Arsyad.

Ia mengaku, saat itu pernah terlontar kalimat "Pak Arsyad berhati-hatilah" dari Mahfud dan mantan Hakim Konstitusi Mukti Fadjar. Namun ia menyatakan tak mengerti pernyataan keduanya saat itu dan tidak menduga pernyataan itu berhubungan dengan tuduhan yang dialamatkan padanya saat ini.

"Saya tidak mengerti maksud 'hati-hati' itu. Andaikata itu ada hubungannya dengan hasil investigasi, tentunya saya akan jawab di sana. Tapi, saya tidak tahu sama sekali soal investigasi itu dan hasil investigasinya," katanya.

Ia bahkan mempertanyakan apa kesalahan yang dibuatnya terhadap Mahfud, sehingga namanya seringkali dilibatkan dengan kasus-kasus yang terjadi di MK. "Saya ingin bertanya apa dosa dan salah saya terhadap Pak Mahfud. Kenapa nama saya selalu disebut-sebut dalam kasus-kasus di MK," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 26 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 26 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Sudirman Said Siap Bersaing dengan Anies Rebutkan Kursi Jakarta 1

    Sudirman Said Siap Bersaing dengan Anies Rebutkan Kursi Jakarta 1

    Nasional
    Sudirman Said: Jakarta Masuk Masa Transisi, Tak Elok Pilih Gubernur yang Bersebrangan dengan Pemerintah Pusat

    Sudirman Said: Jakarta Masuk Masa Transisi, Tak Elok Pilih Gubernur yang Bersebrangan dengan Pemerintah Pusat

    Nasional
    Siap Maju Pilkada, Sudirman Said: Pemimpin Jakarta Sebaiknya Bukan yang Cari Tangga untuk Karier Politik

    Siap Maju Pilkada, Sudirman Said: Pemimpin Jakarta Sebaiknya Bukan yang Cari Tangga untuk Karier Politik

    Nasional
    Kenaikan UKT Dinilai Bisa Buat Visi Indonesia Emas 2045 Gagal Terwujud

    Kenaikan UKT Dinilai Bisa Buat Visi Indonesia Emas 2045 Gagal Terwujud

    Nasional
    Komnas HAM Minta Polda Jabar Lindungi Hak Keluarga Vina Cirebon

    Komnas HAM Minta Polda Jabar Lindungi Hak Keluarga Vina Cirebon

    Nasional
    Komunikasi Intens dengan Nasdem, Sudirman Said Nyatakan Siap Jadi Cagub DKI

    Komunikasi Intens dengan Nasdem, Sudirman Said Nyatakan Siap Jadi Cagub DKI

    Nasional
    Megawati Minta Api Abadi Mrapen Ditaruh di Sekolah Partai, Sekjen PDI-P Ungkap Alasannya

    Megawati Minta Api Abadi Mrapen Ditaruh di Sekolah Partai, Sekjen PDI-P Ungkap Alasannya

    Nasional
    Pembayaran Dana Kompensasi 2023 Tuntas, Pertamina Apresiasi Dukungan Pemerintah

    Pembayaran Dana Kompensasi 2023 Tuntas, Pertamina Apresiasi Dukungan Pemerintah

    Nasional
    Hari Ke-12 Penerbangan Haji Indonesia, 72.481 Jemaah Tiba di Arab Saudi, 8 Wafat

    Hari Ke-12 Penerbangan Haji Indonesia, 72.481 Jemaah Tiba di Arab Saudi, 8 Wafat

    Nasional
    Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

    Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

    Nasional
    Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

    Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

    Nasional
    Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

    Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

    Nasional
    Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

    Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

    Nasional
    Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

    Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com