Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nazaruddin Hanya Menggertak

Kompas.com - 25/05/2011, 20:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti menilai rencana Nazaruddin untuk melakukan jumpa pers dan membeberkan sejumlah kasus yang terkait anggota Partai Demokrat hanya gertakan semata. Ray beranggapan hal ini dilakukan Nazaruddin untuk menunjukkan kemarahan atas keputusan partainya yang dinilai tidak membelanya.

Namun, sayangnya, rencana tersebut hanya tinggal rencana. Nazaruddin sampai hari ini tidak juga melakukan jumpa pers sesuai dengan janjinya.

"Kalau kasus Nazaruddin ini, saya rasa enggak akan lama. Ini istilah orang sakit perut aja. Ya, kalau dalam dua tiga hari sakit perutnya, ya sudah selesai. Jadi, itu biasalah reaksi-reaksi dari Nazaruddin. Kalau menurut saya, akan selesai dalam dua tiga hari ini. Kemarin dia mengancam akan membeberkan kasus-kasus MK, Andi, dan Chloe Mallarangeng. Nah, tetapi semua kan dibatalkan dia juga. Ini hanya reaksi sementaranya saja," ujar Ray Rangkuti di Omah Sendok, Jakarta Selatan, Rabu (25/5/2011).

Gertakan Nazaruddin ini, lanjut Ray, hanya untuk memberi sinyal kepada orang dalam partainya agar tidak sampai membawanya kepada proses hukum. Jika tidak, kemarahannya justru akan memuncak dan membeberkan semuanya.

"Itu hanya sinyal dari Nazaruddin atau semacam warning kepada kelompok-kelompok yang tidak sependapat dengannya. Jangan lebih maju dari itu tindakan penonaktifan. Kalau itu diterima semua pihak, soal penonaktifan ini akan selesai dengan sendirinya. Kalau ada upaya lebih dari itu, saya yakin si Nazaruddin sudah ancam, maka akan dilakukannya," ujar Ray.

Menanggapi hal itu, Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang menyatakan, sebenarnya dengan pemutusan Nazaruddin sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat, secara jelas menunjukkan bahwa dewan kehormatan (DK) sudah mengakui ada pelanggaran yang dilakukan Nazaruddin. Ia menilai pemutusan ini bisa membuka jalan bagi KPK dan BK untuk menindaklanjuti Nazaruddin.

"DK sudah memutuskan memberikan sanksi. Artinya, partai sudah mengakui ada pelanggaran Nazaruddin. Jangan kita happy dengan keputusan Demokrat, tetapi harus menekan agar bisa membongkar seluruh yang lainnya yang terlibat. Menurut saya, sanksi itu kecil, tapi mestinya itu menjadi rujukan oleh KPK dan kejaksaan," tukas Sebastian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

    Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

    Nasional
    Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

    Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

    Nasional
    Para 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

    Para "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

    Nasional
    Soal Kelas BPJS Dihapus, Menkes: Dulu 1 Kamar Isi 6-8 Orang, Sekarang 4

    Soal Kelas BPJS Dihapus, Menkes: Dulu 1 Kamar Isi 6-8 Orang, Sekarang 4

    Nasional
    Babak Baru Kasus Vina Cirebon: Ciri-ciri 3 Buron Pembunuh Diungkap, Polri Turun Tangan

    Babak Baru Kasus Vina Cirebon: Ciri-ciri 3 Buron Pembunuh Diungkap, Polri Turun Tangan

    Nasional
    Wacana Kabinet Gemuk: Kemunduran Reformasi Birokrasi?

    Wacana Kabinet Gemuk: Kemunduran Reformasi Birokrasi?

    Nasional
    Gaya Pemerintahan Prabowo Diharap Tidak Satu Arah Seperti Orde Baru

    Gaya Pemerintahan Prabowo Diharap Tidak Satu Arah Seperti Orde Baru

    Nasional
    Gaya Kepemimpinan Prabowo yang Asli

    Gaya Kepemimpinan Prabowo yang Asli

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PDI-P Anggap Pernyataan Prabowo Berbahaya | Ketua KPU Jelaskan Tudingan Gaya Hidup 'Jetset'

    [POPULER NASIONAL] PDI-P Anggap Pernyataan Prabowo Berbahaya | Ketua KPU Jelaskan Tudingan Gaya Hidup "Jetset"

    Nasional
    Prabowo Ogah Pemerintahannya Diganggu, PKB Ingatkan 'Checks and Balances'

    Prabowo Ogah Pemerintahannya Diganggu, PKB Ingatkan "Checks and Balances"

    Nasional
    Prabowo Yakin Pemerintahannya Lanjutkan Proyek IKN dengan APBN

    Prabowo Yakin Pemerintahannya Lanjutkan Proyek IKN dengan APBN

    Nasional
    Tanggal 20 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 20 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Pakar Pertanyakan KPK yang Belum Tahan Bupati Mimika Meski Kasasi Sudah Diputus

    Pakar Pertanyakan KPK yang Belum Tahan Bupati Mimika Meski Kasasi Sudah Diputus

    Nasional
    5 Catatan PDI-P terhadap RUU Kementerian, Harus Perhatikan Efektivitas dan Efisiensi

    5 Catatan PDI-P terhadap RUU Kementerian, Harus Perhatikan Efektivitas dan Efisiensi

    Nasional
    Analis: TNI AL Butuh Kapal Selam Interim karena Tingkat Kesiapan Tempur Tak Dapat Diandalkan

    Analis: TNI AL Butuh Kapal Selam Interim karena Tingkat Kesiapan Tempur Tak Dapat Diandalkan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com