Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Kendala Negosiasi dengan Perompak

Kompas.com - 11/04/2011, 16:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, pemerintah menghadapi kendala dalam melakukan negosiasi dengan perompak Kapal MV Sinar Kudus. Di kapal Sinar Kudus terdapat 20 anak buah kapal asal Indonesia.

"Ini kita deal dengan sindikat, dengan mafia, dengan orang yang sangat terorganisasi. Jadi kantor mood, environment di tempat itu kita tidak ketahui. Komunikasi hanya kita lakukan lewat radio dan e-mail," kata Djoko kepada para wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (11/4/2011).

Saat ini, pemerintah masih menyepakati nilai uang tebusan. Djoko menilai naik-turunnya besaran uang tebusan adalah dinamika negosiasi. Kedua, pemerintah mendiskusikan mekanisme penyerahan uang tebusan dan penyelamatannya.

"Kemudian, ketiga adalah contact person-nya. Pemilik kapal kan harus yakin nanti jika itu disepakati bagaimana caranya, bagaimana berhubungan, terus bagaimana delivery-nya. Nah, itulah yang selalu kita berhubungan dengan agen-agen atau maskapai yang mengalami hal ini. Ada banyak variabel yang kita pertimbangkan," katanya.

Keluarga ABK diminta bersabar. Djoko mengatakan, penyelamatan ABK bisa saja berlangsung dalam hitungan bulan. Ada pula penyelamatan yang berlangsung hingga satu tahun.

Pemerintah Indonesia, kata Djoko, menyadari sepenuhnya bahwa pihak keluarga ingin penyelamatan dilakukan secepatnya. Kendati demikian, pemerintah akan menuntaskan kasus penyanderaan ini secara hati-hati.

"Kita tidak ingin memaksakan sehingga menjerumuskan dan membuat pembajaknya jadi tidak sabar. Selama ini kita masih bisa memenuhi apa yang mereka inginkan," katanya.

Seperti diberitakan, kapal milik PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) itu dibajak di semenanjung Somalia dalam perjalanan dari Pomalaa, Sulawesi Selatan, menuju Rotterdam, Belanda. Para pembajak mengambil alih kapal sekitar pukul 14.27 WIB pada Rabu (16/3/2011).

Sebanyak 20 awak kapal yang seluruhnya berkebangsaan Indonesia dalam keadaan selamat. Semula, para perompak meminta tebusan 2,6 juta dollar AS, yang kemudian dinaikkan menjadi 3,5 juta dollar AS. Nilai tebusan dinaikkan karena pemilik kapal tak kunjung membayar sesuai permintaan perompak. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

    Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

    Nasional
    Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

    Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

    Nasional
    Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

    Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

    Nasional
    Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

    Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

    Nasional
    Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

    Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

    Nasional
    Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

    Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

    Nasional
    Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

    Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

    Nasional
    15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

    15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

    Nasional
    Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

    Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

    Nasional
    Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

    Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

    Nasional
    Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

    Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

    Nasional
    Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

    Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

    Nasional
    9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

    9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

    Nasional
    Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

    Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com