Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenyataan dan Harapan

Kompas.com - 25/03/2011, 03:04 WIB

Tahun 2011 direncanakan survei di Bangka Belitung karena lokasinya dianggap cukup aman dari gempa. ”Batan hanya menyurvei karena memang tugas kami mencari beberapa lokasi sebagai pilihan jika nanti PLTN jadi dibangun. Batan sampai hari ini tidak bermaksud membangun karena bukan tugas kami,” tutur Hastowo.

Meski demikian, Batan, yang mandatnya menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 adalah penelitian dan pengembangan pemanfaatan nuklir, bertekad menguasai kemampuan dasar nuklir, termasuk pengembangan sumber daya manusia.

Nuklir memiliki banyak manfaat dalam penggunaan damai. Selain untuk pembangkitan listrik, penelitian dan pengembangan radioisotop juga ditujukan untuk aplikasi bidang pangan dan pertanian, kesehatan, industri, serta hidrologi.

Reaktor Batan di kawasan Serpong, Tangerang, didedikasikan untuk riset energi, produksi bahan bakar dan radioisotop, serta penelitian materi. Selain Serpong, Batan juga memiliki reaktor riset di Yogyakarta (Reaktor Kartini) dan Bandung.

Dalam tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pemanfaatan nuklir untuk tenaga listrik dimulai pada RPJMN tahap ketiga 2015-2019. Apabila berpegang pada RPJMN, pada periode RPJMN tahun kedua tahun 2009-2014 harus sudah ada keputusan pemerintah, apakah PLTN jadi dibangun. Yang jelas, pembangunan reaktor pertama butuh 10 tahun.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) hingga 2025, nuklir masuk kelompok energi baru terbarukan. Nuklir bersama biomassa, tenaga air, surya, dan angin menyumbang sekitar 5 persen dalam bauran energi nasional.

Kini Dewan Energi Nasional (DEN) yang diketuai Presiden dengan wakilnya, Wakil Presiden (Wapres), tengah menyusun Perpres KEN 2050. Pembahasan di bawah koordinator Wapres Boediono. Juru bicara Wapres, Yopie Hidayat, mengatakan, rancangan perpres tidak menutup opsi penggunaan tenaga nuklir.

Meski demikian, perpres yang bertujuan mengurangi ketergantungan pada energi fosil akan menekankan penggunaan energi terbarukan yang berlimpah di Indonesia, seperti panas bumi, tenaga air, dan sumber hayati. ”Nuklir diarahkan pada riset dan penguasaan teknologinya agar, kalau nanti benar dibutuhkan, kita siap,” kata Yopie.

Transparan

Sekretaris Eksekutif Masyarakat Antinuklir Indonesia Dian Abraham SH menolak pembangunan PLTN karena Indonesia memiliki banyak sumber energi terbarukan yang lebih aman, relatif murah, dan tidak tergantung impor.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com