Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Irjen Mbai: Polisi Sudah Tahu Penerornya

Kompas.com - 19/03/2011, 16:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Inspektur Jenderal Ansyaad Mbai akhirnya mengeluarkan juga pernyataan soal kelompok yang dicurigai sebagai pelaku serangkaian teror belakangan ini.

Menurut dia, kepolisian sudah membaca pelaku adalah orang atau sekelompok orang yang memiliki pemahaman serupa dengan pengebom lainnya yang mulai muncul sejak 1998.

”Ini memang ada jaringan lama. Indikasinya lihat jenis bom dan metode mereka buat bom. Lihat tujuan dari bukti yang dikirimkan itu, persis kaitan dari tujuan mereka,” katanya seusai menghadiri diskusi bertajuk ”Setelah Bom Buku Terbitlah Isu” di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (19/3/2011).

Menurut Mbai, aksi teror dengan modus berupa pengiriman paket tersebut pernah terjadi di Poso pada 2006. ”Persis seperti itu, tapi kemasannya beda. Sekarang buku. Kalau dulu senter yang diletakkan di depan pintu, dipencet meledak,”  ujarnya.

Pelakunya, menurut Mbai, merupakan pecahan dari kelompok aksi teror Bom Bali I. ”Setelah ditangkap, mereka terpencar ke banyak kelompok, orang-orangnya (yang lain) bisa saja baru direkrut,” ucap Mbai.

Hanya saja, cara pelaku menimbulkan kepanikan masyarakat kali ini berbeda. Sekarang pola aksi teror lebih ditujukan pada perorangan seperti bom paket buku buat aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL), Ulil Abshar Abdalla.

Meskipun demikian, lanjut Mbai, masih terlihat benang merah yang menunjukkan peneror bom buku adalah pemain lama.

”Targetnya masih orang-orang yang dikategorikan musuh. Siapa? Yang tidak sependapat dengan mereka. Orang-orang yang dianggap menghambat tujuan mereka, Barat, Yahudi, dan yang dianggap kolabolator Barat. Jadi tidak jauh, secara dasar tidak berubah,” tutur Mbai.

Bahkan, kata Mbai, pihak kepolisian pun menjadi sasaran mereka. ”Polisi itu thogut (setan), termasuk pemerintah juga musuh bagi mereka. Pemerintah itu bagi mereka kafir,” ujarnya.

Soal nama kelompok pelaku teror, kata Mbai, bukan persoalan penting. Meskipun tiap kelompok menamakan dirinya berbeda-beda, pada suatu titik kelompok-kelompok yang berideologi sama tersebut dapat bersatu dalam aksi.

”Bisa Jamaah Islamiyah (JI), Negara Islam Indonesia (NII), ada Mujahidin Kompak, dan banyak lagi. Soal nama tidak terlalu penting. Yang penting itu terorisme bersumber ideologi radikal,” ujarnya.

Sebelumnya, saat diskusi di tempat yang sama, Mbai terkesan hati-hati soal arah bidikan polisi. Ia justru mengingatkan bahwa para peneror tidak hanya ingin menunjukkan kelemahan pemerintah.

Mereka, katanya, juga sengaja menimbulkan konflik horizontal antarwarga. Mereka membuat terjadinya saling tuding dan saling tuduh dalam masyarakat. ”Nah, ini sudah hampir tercapai tujuan kedua,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kasus BTS 4G, Eks Anggota BPK Achsanul Qosasi Dituntut 5 Tahun Penjara dan Denda Rp 500 Juta

    Kasus BTS 4G, Eks Anggota BPK Achsanul Qosasi Dituntut 5 Tahun Penjara dan Denda Rp 500 Juta

    Nasional
    Kemensos Gelar Baksos di Sumba Timur, Sasar ODGJ, Penyandag Kusta dan Katarak, hingga Disabilitas

    Kemensos Gelar Baksos di Sumba Timur, Sasar ODGJ, Penyandag Kusta dan Katarak, hingga Disabilitas

    Nasional
    Nadiem Tegaskan Kenaikan UKT Hanya Berlaku Bagi Mahasiswa Baru

    Nadiem Tegaskan Kenaikan UKT Hanya Berlaku Bagi Mahasiswa Baru

    Nasional
    Eks Penyidik Sebut Nurul Ghufron Seharusnya Malu dan Mengundurkan Diri

    Eks Penyidik Sebut Nurul Ghufron Seharusnya Malu dan Mengundurkan Diri

    Nasional
    Jokowi dan Iriana Bagikan Makan Siang untuk Anak-anak Pengungsi Korban Banjir Bandang Sumbar

    Jokowi dan Iriana Bagikan Makan Siang untuk Anak-anak Pengungsi Korban Banjir Bandang Sumbar

    Nasional
    Prabowo Beri Atensi Sektor Industri untuk Generasi Z yang Sulit Cari Kerja

    Prabowo Beri Atensi Sektor Industri untuk Generasi Z yang Sulit Cari Kerja

    Nasional
    Komisi X Rapat Bareng Nadiem Makarim, Minta Kenaikan UKT Dibatalkan

    Komisi X Rapat Bareng Nadiem Makarim, Minta Kenaikan UKT Dibatalkan

    Nasional
    Menaker Ida Paparkan 3 Tujuan Evaluasi Pelaksanaan Program Desmigratif

    Menaker Ida Paparkan 3 Tujuan Evaluasi Pelaksanaan Program Desmigratif

    Nasional
    ICW Dorong Dewas KPK Jatuhkan Sanksi Berat, Perintahkan Nurul Ghufron Mundur dari Wakil Ketua KPK

    ICW Dorong Dewas KPK Jatuhkan Sanksi Berat, Perintahkan Nurul Ghufron Mundur dari Wakil Ketua KPK

    Nasional
    Prabowo Disebut Punya Tim Khusus untuk Telusuri Rekam Jejak Calon Menteri

    Prabowo Disebut Punya Tim Khusus untuk Telusuri Rekam Jejak Calon Menteri

    Nasional
    Reformasi yang Semakin Setengah Hati

    Reformasi yang Semakin Setengah Hati

    Nasional
    Lemhannas Dorong Reaktualisasi Ketahanan Nasional Lewat 'Geo Crybernetic'

    Lemhannas Dorong Reaktualisasi Ketahanan Nasional Lewat "Geo Crybernetic"

    Nasional
    Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Hari Ini

    Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Hari Ini

    Nasional
    Sukseskan WWF 2024, Pertamina Group Paparkan Aksi Dukung Keberlanjutan Air Bersih

    Sukseskan WWF 2024, Pertamina Group Paparkan Aksi Dukung Keberlanjutan Air Bersih

    Nasional
    ICW Dorong Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Kasus Nurul Ghufron, Sebut Putusan Sela PTUN Bermasalah

    ICW Dorong Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Kasus Nurul Ghufron, Sebut Putusan Sela PTUN Bermasalah

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com