JAKARTA, KOMPAS.com — Pernyataan calon Kepala Kepolisian RI, Komisaris Jenderal Timur Pradopo, mengenai ormas-ormas tertentu dipertanyakan karena berlawanan dengan pandangan Kapolri saat ini, Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri. Sikap tersebut dapat dianggap sebagai bagian dari visi calon orang nomor satu di Polri dalam usaha menjaga keamanan.
"Sebagai calon Kapolri, sikap permisif kepada kelompok organisasi masyarakat yang menurut catatan Polri sendiri sering kali melakukan pelanggaran sudah sepantasnya dan seharusnya dihindari," kata Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, di Jakarta, Jumat (8/10/2010).
Pada Rabu (6/10/2010) kemarin, Timur menilai Front Pembela Islam (FPI) bisa diberdayakan membantu keamanan. "Sebagai anggota Polri, apalagi pimpinan, (perlu menjalin hubungan dengan) semua tokoh masyarakat yang bisa membantu memelihara keamanan," katanya di Gedung DPR ketika bertemu pimpinan Dewan.
Dalam rapat gabungan dengan Komisi I, II, dan VIII DPR RI pada akhir Agustus lalu, Kapolri mendesak agar ormas yang berulang kali melakukan kekerasan sudah harus dibekukan. Kepolisian mencatat, selama 2008 aksi kekerasan oleh ormas mencapai delapan kasus dan meningkat menjadi 40 kasus.
Sementara hingga pertengahan tahun ini sudah naik lagi jadi 49 kasus pelanggaran ormas. "Sudah ada 36 kasus yang P-21 (berkas lengkap untuk dilimpahkan ke pengadilan)," kata Kapolri saat itu.
Menurut Poengky, sikap calon Kapolri itu justru akan mengecilkan kekuatan Polri dalam urusan keamanan. "Pemberdayaan ormas dengan latar belakang kekerasan menjadikan Polri gagal menunjukkan dirinya sebagai institusi penegakan hukum yang berwibawa dan bermartabat," ujar dia.
Muncul kekhawatiran bila ormas benar-benar dilibatkan dalam persoalan keamanan dan ketertiban masyarakat, akan ada ancaman dan bahaya bagi sendi demokrasi dan pluralisme sebagai tulang punggung bangsa, termasuk mengancam proses reformasi di tubuh Polri itu sendiri. "Kewibawaan dan masa depan Polri yang selama ini dikatakan hilang akan dipertaruhkan dengan pencalonan Timur Pradopo," papar Poengky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.