Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Melanggar Konstitusi

Kompas.com - 17/09/2010, 21:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Insiden yang terjadi terhadap jemaat HKBP Pondok Timur Indah, Ciketing Asem, Bekasi, dianggap telah melanggar konstitusi yang menjamin kebebasan beragama. Negara seharusnya menjamin setiap warga negaranya untuk memeluk agama dan menjaga keharmonisan keberagaman yang ada di Indonesia.

Pernyataan ini disampaikan beberapa tokoh dari berbagai elemen, seperti M Dawam Rahardjo (Cendekiawan Muslim Indonesia), Romo Benny Susetyo (Konferensi Wali Gereja Indonesia), Musdah Mulia (Ketua Indonesia Conference on Religion and Peace), Alissa Wahid, serta penyanyi Glenn Fredly, dalam acara yang bertajuk "Keprihatinan atas Merebaknya Intoleransi dalam Kasus HKBP dan Ahmadiyah", yang diselenggarakan oleh Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk), Jumat (17/9/2010) di Komunitas Utan Kayu, Jakarta.

Diungkapkan oleh Dawam Rahardjo, insiden di Ciketing merupakan suatu peristiwa yang telah menodai konstitusi, kehidupan berbangsa di Indonesia. Kekerasan yang terjadi terhadap jemaat HKBP betul-betul merusak keberagaman, kehidupan berbangsa, serta Pemerintah Indonesia sendiri.

"Peristiwa tersebut betul-betul merusak kehidupan berbangsa dan pemerintah sendiri. Suatu peristiwa yang menodai konstitusi," kata tokoh cendekiawan Muslim itu. Ia memaparkan, pemerintah, dalam hal ini Menteri Agama, yang harus bertanggung jawab.

"Saya menggugat Menteri Agama. Di mana konstitusinya? Seharusnya ia menegakkan konstitusi kehidupan beragama di Indonesia," tegasnya.

Hal serupa diungkapkan Musdah Mulia, Ketua Indonesia Conference on Religion and Peace (ICRP). Perempuan itu menuturkan, persatuan masih jauh dari Indonesia. Setelah 65 tahun Indonesia merdeka, masih saja terjadi tindak kekerasan dalam keberagaman Indonesia.

"Ciketing menjadi ujian bagi Indonesia. Departemen Agama harus bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Departemen (Kementerian) Agama itu fungsinya membangun harmoni keberagamaan di Indonesia," jelasnya.

Romo Benny Susetyo pun menegaskan, Ciketing adalah tanda retaknya kebebasan beragama di Indonesia. Sekarang ini adalah saatnya bagi pemerintah untuk bertindak karena apabila tidak, konstitusi di Indonesia akan mati.

"Ini adalah alarm calling bagi kita semua. Bangsa ini butuh pemimpin yang tegas karena ini sudah menyentuh dasar kehidupan manusia," tegas Glenn Fredly.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

    Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

    Nasional
    Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

    Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

    Nasional
    LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

    LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

    Nasional
    Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

    Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

    Nasional
    Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

    Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

    Nasional
    Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

    Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

    Nasional
    Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

    Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

    Nasional
    Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

    Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

    Nasional
    Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

    Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

    Nasional
    Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

    Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

    Nasional
    Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

    Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

    Nasional
    Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

    Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

    Nasional
    Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

    Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

    Nasional
    Tak Setuju Istilah 'Presidential Club', Prabowo: Enggak Usah Bikin Klub, Minum Kopi Saja

    Tak Setuju Istilah "Presidential Club", Prabowo: Enggak Usah Bikin Klub, Minum Kopi Saja

    Nasional
    1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

    1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com