Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nurul: Andi Nurpati Meninggalkan Becek

Kompas.com - 14/07/2010, 17:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecaman dilontarkan sejumlah anggota Komisi II terhadap anggota KPU nonaktif, Andi Nurpati, yang saat ini menjadi pengurus DPP Partai Demokrat, dalam rapat kerja dengan KPU dan Dewan Kehormatan KPU, Rabu (14/7/2010). Salah satunya dari anggota Komisi II asal Fraksi Partai Golkar, Nurul Arifin.

Langkah Andi Nurpati yang meninggalkan KPU sebelum masa baktinya berakhir dinilai sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab. Apalagi, kata Nurul, Andi masih meninggalkan sejumlah kasus pilkada yang diduga melibatkan dirinya. Meski menyebut Andi sebagai "sang diva", Nurul mengatakan, Andi meninggalkan preseden yang tak baik.

"Langkah sang diva (Andi) seharusnya meninggalkan harum. Ini kok malah meninggalkan becek, kotor," kata Nurul dengan nada suara tinggi.

Kemudian, ia memaparkan hasil temuannya saat melakukan kunjungan kerja di Manado, Sulawesi Utara, pada masa reses lalu. "Sang diva ini ternyata juga sudah melakukan intervensi terhadap KPU Provinsi di sana. Dan memajukan Pilkada pada tanggal 3 Agustus secara serempak. Padahal seharusnya September. Akhirnya terjadi pemecatan anggota KPU Manado yang tidak mau mengikuti ketentuan itu," ujar Nurul. "Ini pelanggaran baru oleh sang diva," lanjutnya.

Oleh karena itu, dalam rapat kerja yang juga dijadwalkan menghadirkan Andi Nurpati pekan depan, ia mengharapkan KPU dan Andi bisa menjelaskan kasus tersebut. Menanggapi apa yang diungkapkan Nurul, Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary mengatakan, pihaknya masih membutuhkan bukti lengkap dimana intervensi yang dilakukan KPU Pusat, dalam hal ini Andi Nurpati.

"Yang melakukan pemecatan terhadap KPU Kabupaten/Kota itu adalah KPU Provinsi. Memang begitu kewenangannya. Nanti kita akan lihat, apakah keputusan itu benar atau tidak. Sejauh yang kami pantau sudah benar," ujar Hafiz, seusai rapat kerja dengan Komisi II.

Ia menjelaskan, kasus itu berawal dari keengganan KPU Kota Manado untuk menyelenggarakan pemungutan suara secara serentak. "Padahal, dari 6 kabupaten/kota yang ada, sudah setuju. Hanya KPU Manado saja yang tidak mau dengan berbagai alasan," ujar Hafiz.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    Nasional
    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Nasional
    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Nasional
    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Nasional
    Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

    Nasional
    Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

    Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

    Nasional
    Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

    Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

    Nasional
    Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

    Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com