Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengayuh Sepeda untuk Hidup

Kompas.com - 24/06/2010, 09:31 WIB

Kini, dari tiap hari kerja kerasnya, Sugianto paling banyak hanya mendapat penghasilan Rp 30.000. Uang itu hanya bisa untuk makan dan biaya sekolah tiga anaknya. ”Tiap hari kerja hasilnya habis untuk makan. Nunggu anak besar, belum tentu bisa sekolah sampai tinggi. Lulus sekolah pun belum tentu dapat kerja yang baik,” katanya.

Rasa putus asa Sugianto menebal. Anak sulungnya yang bekerja sebagai pelayan warung di Jakarta tak bisa diharapkan. ”Ia hanya dibayar Rp 20.000 per hari. Untuk hidup sendiri pasti susah, apalagi untuk kirim uang ke desa. Nanti, paling-paling ia akan pulang, mungkin ikut cari kayu bakar,” ujarnya.

Melihat daya Muchzin dan Sugianto untuk hidup, segera saja mengingatkan kepada Soekarno dan Marhaen. ”Sementara mendajung sepeda tanpa tudjuan aku sampai di bagian selatan kota Bandung, suatu daerah pertanian jang padat dimana orang dapat menjaksikan para petani mengerdjakan sawahnja jang ketjil....” kata Soekarno.

Ketika sawah yang sempit itu menghilang, maka dari atas sadel sepeda perjuangan hidup itu mereka definisikan kembali. (Amir Sodikin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com