Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Problem Gigantisme Demokrat

Kompas.com - 21/05/2010, 08:20 WIB

Problem identitas partai juga dialami Partai Demokrat sejak kelahirannya hingga menjadi pemenang Pemilu 2009 karena terpersonalisasi oleh sosok SBY. Sejak berdiri, partai ini sangat identik dengan SBY ketimbang identitas ideologis dan orientasi program.

Wacana "nasionalis-religus" dan "partai tengah" yang diusung partai, tenggelam oleh persepsi bahwa "Partai Demokrat adalah partainya SBY". Lagi-lagi, dalam jangka pendek persepsi seperti ini memang menguntungkan, tetapi jadi ancaman dalam perspektif masa depan partai.

Institusionalisasi
Keempat problem internal inilah menyebabkan Partai Demokrat tidak kunjung terlembaga sebagai partai yang kuat dan modern, sementara postur politik elektoralnya telanjur mengalami gigantisme. Pada titik inilah, politik gigantisme menjadi problematik bagi masa depan Partai Demokrat. Oleh karena itu, kongres seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat kelembagaan dan memodernisasi sistem internal partai.

Paling tidak ada beberapa agenda institusionalisasi organisasi (memperkuat postur kelembagaan) untuk mengimbangi postur elektoral partai. Pertama, melakukan modernisasi organisasi dengan melembagakan sistem kepemimpinan kolektif-kolegial (modern party), sembari perlahan melepaskan diri dari ketergantungan pada figur SBY.

Kedua, mengakarkan partai di masyarakat melalui pengakaran program dan ideologi partai agar dapat diterima masyarakat, serta mengintensifkan hubungan antara partai dan konstituen (party rooting).

Ketiga, menegaskan identitas partai melalui revitalisasi ideologi dan platform partai. Strategi "menjual" popularitas SBY mulai ditransformasikan dengan strategi menawarkan platform dan program yang menarik dan inovatif (bertransformasi menjadi partai berorientasi program dan kinerja).

Keempat, reformasi dan demokratisasi sistem internal, terutama memperbaiki sistem kaderisasi dan mekanisme perekrutan. Hal itu terkait dengan sejauh mana partai mampu menciptakan prosedur internal yang demokratis dan memerhatikan faktor meritokrasi dalam sistem kaderisasi dan penjaringan.

Jika merujuk peta politik menjelang Kongres Partai Demokrat II, kandidat ketua umum tampaknya telah mengerucut pada Andi Mallarangeng (47) dan Anas Urbaningrum (41). Seandainya kedua "darah muda" di Partai Demokrat ini berduet —sebagai ketua umum dan sekjen—maka dengan segala keunggulan dan potensi yang dimiliki keduanya akan menjadi angin segar bagi proses transisi dan transformasi Partai Demokrat menjadi partai modern yang berbasis pada sistem kelembagaan yang demokratis itu.

Akhirnya, semua berpulang kepada SBY dan elite Partai Demokrat. Apakah kongres akan menjadi momentum untuk keluar dari problematik politik gigantisme— memperkuat kelembagaan partai—atau hanya sekadar ajang suksesi kepengurusan? Selamat berkongres!

*Hanta Yuda AR, Analis Politik The Indonesian Institute

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Nasional
Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Nasional
Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Nasional
Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Nasional
Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Nasional
Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Nasional
KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

Nasional
Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com