"Jalan terus. Tidak apa-apa," kata Frans Seda sambil bercerita tentang keindahan alam bawah laut Maumere, pantai pasir putih Pulau Besar dan sisi lain Pulau Babi kepada St Sularto dan Wandi Brata. Penerima Bintang Mahaputra Adipradana dari Pemerintah RI itu terkesan cuek.
Philip Gobang berbisik ke telinga saya, "Orang tua ini pintar sekali alihkan perhatian, biar kita tidak memikirkan mesin kapal mati."
Heri Ajo dan Niko tetap bolak-balik mengurusi mesin itu, tetapi tak kunjung sukses. "Heri, coba kau kontak speed boat pengawal kita. Mana mereka? Pengawal tidak boleh jauh-jauh. Panggil mereka biar kita pakai kapal kecil itu saja," kata Frans Seda.
Wah? Heri Ajo mengambil radio (HT) menghubungi dua pengawal. Mereka tidak bisa dikontak. Heri melambaikan tangan sambil memberi tanda agar kembali. Lambaian sia-sia karena speed boat itu malah semakin melaju. Dalam sekejap hilang dari pandangan mata. Celaka dua belas!
Ambil alih kemudi
"Tidak apa-apa. Terus. Jalan terus!" kata Frans Seda seraya bangkit dari tempat duduk dan menuju kemudi. "Niko, kau urus mesin, biar saya yang bawa," katanya sambil tertahak. St Sularto dan Wandi S Brata terkesima. Momen indah. Mantan Menteri Perhubungan RI yang kala itu berusia 79 tahun menjadi "kapten" kapal.
Waktu hampir jam sembilan pagi. Arus laut mulai menguat. Tak sadar hampir satu setengah jam berlayar. Posisi kapal telah sejajar dengan Pulau Besar dan kurang satu mil laut di depan Pulau Babi. Sejumlah penumpang mulai keringatan dan memilih diam.
Saya mendekati orang tua itu lalu berkata pelan, "Om, kita kembali saja ke Waiara." "Aih... miu ta'u mata!" sambarnya dengan suara tinggi diakhiri tawa berderai. Om Frans Seda menanggapi permohonan saya tadi dengan bahasa daerah Lio yang artinya, "Ah, kalian ini takut mati!"
Kapal terus berjalan pelan. Sepuluh menit kemudian, Heri Ajo berusaha lagi membujuk beliau agar mengakhiri perjalanan ke Lamanabi. "Bapa, lebih baik kita turun di teluk Wair Terang saja," kata Heri.
Om Frans menganggukkan kepala. Syukurlah. Kapal pun putar haluan menuju Wair Terang dengan kemudi tetap dipegang Frans Seda. "Tapi Heri, kita harus tetap ke Lamanabi hari ini," kata Frans Seda.