Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Otonomi Bisa Picu Disintegrasi

Kompas.com - 26/11/2009, 05:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Politik Prof Ichlasul Amal mengatakan, demokrasi dan otonomi daerah selain membawa efek positif juga membawa ekses disintegrasi, penghambat pembangunan bangsa dan juga meningkatkan kesenjangan.
    
Hal itu dinyatakan cendekiawan asal Universitas Gadjah Mada (UGM) itu pada pidato inaugurasinya untuk menjadi anggota Komisi Ilmu Sosial AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia) di Jakarta, Rabu.
    
"Wajar bila muncul pendapat bahwa sistem politik yang memfasilitasi sistem pilkada (pemilu kepala daerah) dan desentralisasi atau otonomi daerah membahayakan integrasi nasional," katanya.

Secara alami, ujar dia, Indonesia adalah masyarakat  plural dan heterogen yang menyulitkan tercapainya konsensus dan kekuasaan yang terlegitimasi. Ia mencontohkan usaha pembentukan provinsi Tapanuli di Sumatra Utara yang melibatkan etnik dan agama kepentingan sejumlah elit  daerah tersebut hampir saja memicu kerusuhan.
    
Menurut dia, pemekaran wilayah kenyataannya tidak sekedar demi alasan efisiensi administrasi pemerintahan yang dinilai terlalu luas, tetapi sering kali juga mengandung kepentingan primordial elit setempat termasuk untuk mendapat kesempatan menjadi pejabat yang berkuasa di daerah baru.

Pergolakan memperebutkan kursi kepala daerah, ujarnya, juga menghambat pembangunan yang lebih bisa dilaksanakan dalam kondisi tenang dan kondusif. "Otonomi daerah yang seharusnya bisa memacu peningkatan kapasitas rakyat memajukan daerahnya masing-masing justru memicu kesenjangan antar daerah," katanya.
    
Kesenjangan antara daerah kaya dan miskin  semakin menjadi-jadi ketika dilaksanakan otonomi daerah, karena sistem administrasi  anggaran menghapus inpres-inpres subsidi daerah.

Misalnya Kabupaten Bengkalis  di Riau yang memiliki APBD sampai Rp2 triliun lebih, sementara sejumlah kabupaten lain hanya memiliki pendapatan puluhan miliar per tahun, ujarnya.

Menurut dia, kebijakan sentralistik dan penyeragaman cukup efektif secara politik  karena terbukti membawa stabilitas politik dan ekonomi dalam jangka waktu relatif lama, meskipun muncul rasa ketidakadilan dari sejumlah daerah yang memiliki sumber daya alam berlimpah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com