Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yulianto Ternyata Memang Ada

Kompas.com - 11/11/2009, 06:48 WIB

KOMPAS.com- Sosok Yulianto yang disebut-sebut sebagai orang yang menyerahkan uang suap dari Anggodo Widjojo kepada para pimpinan KPK semakin nyata. Meski belum diketahui persis keberadaannya, informasi bahwa Yulianto memang benar-benar ada mulai muncul.

Setelah Ary Muladi membeberkan ciri-ciri Yulianto, di Surabaya Ketua Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI) Jawa Timur R Henry Rusdijanto, SH, menyatakan mengenal pria itu.

Menurut dia, pada 1997 Yulianto pernah terlibat kasus penipuan tanah. "Ia dikenai hukuman selama satu tahun, namun mulai dari Polwiltabes hingga ke Pengadilan Negeri Surabaya tidak sempat dimasukkan ke penjara," katanya.

Sosok Yulianto tersebut akhirnya muncul kembali pada 2005. Saat itu Yulianto sempat mengontak dirinya dan mengajaknya bergabung di kantornya untuk membentuk sebuah kantor biro jasa di sebuah daerah di Jakarta. Sayangnya, sejak itu Henry tak lagi bertemu Yulianto. Ia memperkirakan Yulianto pindah ke Jakarta.

Informasi itu disampaikan Henry setelah mendapatkan gambaran ciri-ciri Yulianto seperti disampaikan Ary Muladi. Yakni berbadan atletis dan bermata sipit, meskipun dia bukan Chinese.

Informasi terbaru datang dari Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Anti Korupsi Indonesia (Gaki). Ketua Gaki Ade RF Manurung seusai menyampaikan foto dan memberikan keterangan di Mabes Polri, Selasa (10/11).

Ketua Gaki Ade RF Manurung bahkan memberikan empat lembar foto Yulianto kepada polisi. "Kami sampaikan empat foto Yulianto kepada penyidik untuk ditindaklanjuti. Kami yakin 99 persen dia Yulianto, karena sama persis dengan ciri yang dikatakan Ary Muladi," katanya seusai menyerahkan foto ke Mabes Polri.

Ade mengaku bertemu beberapa kali dengan orang yang bernama Yulianto pada 2008. Saat itu, Yulianto datang ke kantor Gaki untuk melaporkan kasus korupsi agar ditindaklanjuti oleh Gaki. "Dulu dia sering ke kantor kami. Dia menyerahkan KTP atas nama Yulianto dan tinggal di Jati Bening (Bekasi)," kata dia.

Selama perkenalan, Ade menambahkan bahwa Yulianto pernah menceritakan pekerjaannya sebagai makelar kasus (markus). Kepadanya, Yulianto mengaku kenal dengan pejabat di kepolisian, kejaksaan, dan KPK. "Dia pernah katakan kenal dengan penegak hukum. Dia itu memang makelar kasus. Dia ajak saya untuk main kasus. Tapi saya enggak bisa seperti itu," kata dia.

"Dia bilang mau pensiun di Surabaya. Istri dan anaknya tinggal di Surabaya. Dia juga bilang, bapaknya mantan kapolda, tapi saya enggak tahu kapolda mana. Dulu memang dia sering ke kantor sayam tapi sekarang enggak pernah. Terakhir dia telepon bulan puasa 2009 bicarain soal tanah," kata dia.

Sayangnya, kepada wartawan ia enggan menyebut alamat Yulianto seperti yang tertulis di KTP-nya.

Meski begitu, polisi dengan berbagai kewenangan yang melekat padanya tentu bisa mendapatkan alamat terakhir Yulianto. Ini harus diyakini, karena memburu jaringan teroris yang punya banyak nama alias dan berubah-ubah penampilan saja polisi sukses.

Tidak berhasil? Serahkan pada Densus 88 saja! Atau jangan-jangan Polri memang harus membentuk Densus baru, Densus 09 Pemburu Koruptor seperti pernah diusulkan KH Mustafa Bisri... (M Suprihadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com