JAKARTA, KOMPAS.com — Debat antara tiga calon presiden, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Jusuf Kalla, untuk pertama kalinya akan berlangsung Kamis (18/6) malam nanti. Pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito, mengatakan, debat capres harus dimanfaatkan sebagai arena yang menggali lebih dalam mengenai pengetahuan, konsep, dan komitmen calon tentang berbagai hal.
Ia mengingatkan, jangan sampai forum debat justru memberikan ruang untuk saling melakukan 'penyerangan'.
"Peran moderator akan sangat besar untuk meng-explore calon lebih jauh dan tidak terjebak pada jargon-jargon. Jangan juga terjebak tendensi antarmereka sehingga saling menyerang," kata Ari, kepada Kompas.com, Kamis.
Mempertontonkan aksi saling serang, menurut Arie, hanya akan memuaskan masing-masing calon dan nirmakna bagi masyarakat. "Panggung debat itu bukan hanya milik mereka (calon), tapi masyarakat juga harus tahu substansinya apa. Kalau hanya saling serang, mereka puas, tapi belum tentu pesannya sampai ke masyarakat," tambahnya.
Selain itu, kesempatan debat pertama ini diharapkan bisa menggali hal-hal baru dari sang calon dan tidak hanya menyampaikan apa yang selama ini sudah diketahui publik. Arie menyebutnya sebagai sesuatu yang bersifat hemagok.
"Hemagok itu cerita-cerita atau keyakinan yang dangkal dan selalu diulang-ulang," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.