Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuh Yudhoyono di Istana

Kompas.com - 20/09/2008, 07:04 WIB

Cho mengaku ikut berdoa. Setelah 28 tahun, doa dan keinginan Sarwo Edhie terkabul karena Yudhoyono terpilih sebagai presiden dalam Pemilu 2004. Merasa doanya terkabul karena Yudhoyono menjadi Presiden, Cho yang tiga tahun sebelumnya telah berpindah kewarganegaraan memproses pergantian nama ke Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Pria kelahiran Seoul, 31 Juli 1942, ini berganti nama menjadi Djoko Yudhoyono. ”Saya cinta negeri ini dan saya cinta Yudhoyono. Cinta dan dukungan saya akan tetap meskipun Yudhoyono jatuh sekali pun,” ujar Djoko.

Saat ini, seluruh kartu identitas Cho, termasuk Kartu Pers Istana Kepresidenan, telah menggunakan nama Djoko Yudhoyono. Pin biru berlambang Partai Demokrat juga kerap dikenakannya di kerah.

Djoko sejak empat tahun terakhir juga bergabung dengan partai yang didirikan Yudhoyono, Partai Demokrat. Malah dia duduk di kepengurusan menjadi Ketua Daerah Pemilihan Luar Negeri (DPLN) Partai Demokrat Korea.

Seperti terhadap Yudhoyono, Djoko juga mengenal Hadi Utomo, Ketua Umum DPP Partai Demokrat. Djoko juga merasa menjadi bagian anggota keluarga besar Sarwo Edhie Wibowo.

Selain sebagai wartawan dan politisi, Djoko juga pengusaha. Sejak setahun terakhir, usaha perkebunan jarak dikembangkan bersama ribuan petani di lahan seluas sekitar 7.500 hektar di Pandeglang, Banten. Semua petani dipinjaminya modal dan diberi benih jarak untuk ditanam. Lima kawasan sedang direncanakan untuk pengembangan tanaman jarak.

Pengilangan minyak jarak dengan investasi 20 juta dollar AS sedang dalam tahap penyelesaian di Pandeglang. ”Saya ingin bikin Indonesia maju seperti Korea. Saya mulai dari memajukan desa. Desa maju dan sejahtera, negara akan maju dan sejahtera,” ujarnya.

Tujuh Yudhoyono telah lahir dan berkiprah diikuti ”yudhoyono-yudhoyono” lain yang juga aktif bergerak menyongsong Pemilu 2009.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com