Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Hati Nurani Bicara

Kompas.com - 09/08/2008, 08:39 WIB

Apa konkretnya dari visi kerakyatan ini?

Visi ini secara konseptual kami jabarkan sebagai kemandirian dan kesejahteraan. Bahwa ke depan nanti dalam mengelola negara ini, dalam persaingan global, agar bangsa ini jangan sampai dibodohi negara lain, ditekan negara lain, diintervensi negara lain, kita harus mampu mandiri. Kalau kita mampu mandiri, insya Allah, kekayaan alam yang ada di Indonesia bisa kita manfaatkan sesuai amanat Pasal 33 UUD 1945, untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat bangsa ini.

Cita-cita besar kebangsaan yang ingin diwujudkan?

Tatkala negeri ini didirikan, pendahulu kita bukan hanya mewariskan negara yang merdeka, juga memberi amanah yang dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945. Membentuk pemerintahan yang melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Artinya, tiga tujuan yang pertama itu wajib hukumnya bagipemerintahan mana pun. Untuk melindungi segenap bangsa dan tumpah darah, dengan hukum, penegakan hukum yang kuat, dan memberikan kepastian.

Ada kesan militer dalam Partai Hanura?

Sebenarnya itu tidak ada, saya ke mana-mana tidak begitu. Kenyataannya yang masuk Hanura tidak hanya mantan militer. Hanura mampu mengonsolidasikan secara struktural organisasi sampai tingkat desa, di 33 provinsi di 460 kabupaten/kota. Artinya, Hanura dapat diterima masyarakat, bukan hanya militer.

Jadi, kalau ada yang mengatakan kesan militer, mereka adalah orang yang tidak senang Partai Hanura, tidak tahu masalahnya, tidak ngerti Partai Hanura seperti apa, hanya memberikan satu penilaian untuk mengganggu Partai Hanura. Kalau ada orang masih berbicara begitu, tolong sampaikan kepada saya, saya akan minta debat publik secara umum. Sampaikan bukti-buktinya kalau kami partai militer, atau partai yang terkesan militerisme.

Tentang masalah HAM yang sering kali mengganggu Anda?

Sungguhpun sudah cukup banyak penjelasan dari saya, bahkan saya pada tahun 2004 sudah secara resmi menjadi calon presiden Republik Indonesia, tidak terhambat masalah HAM itu, saya sudah mempunyai pemilih sampai 26 juta. Jadi jangan ulang-ulang lagilah, jangan setback. Oleh karena itu, siapa pun yang merasa masih mempunyai hitung-hitungan masalah HAM, saya minta jangan di belakang layar. Jujurlah kita, negeri ini kalau nanti hanya sarat dengan fitnah tidak akan maju. Sebagai bangsa, kita sudah kehilangan kejujuran. Saya mengajak membangun kembali kejujuran sebagai bangsa, caranya kembali kepada hati nurani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com