JAKARTA, KOMPAS.com - Analisis Drone Emprit mengenai alasan dinamika suara capres nomor urut 1 Anies Baswedan dalam penghitungan Sistem Informasi Rekapitulasi Pemilu (Sirekap) Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi yang banyak disorot akhir pekan kemarin.
Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, juga menyoroti soal itu dan mempertanyakan sikap KPU yang baru bertindak ketika perubahan jumlah suara Anies ramai diperbincangkan di media sosial.
Sementara itu, hasil hitung cepat (quick count) lembaga survei Indikator Politik Indonesia memperlihatkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) diperkirakan tidak lolos ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
1. Drone Emprit Beberkan Mengapa Suara Anies Sempat Melonjak di Sirekap, Lalu Kembali Turun
Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi membeberkan kejanggalan sistem informasi rekapitulasi (Sirekap) yang digunakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam Pemilu 2024.
Ia mengatakan, salah satu kejanggalan yang viral di media sosial X adalah lonjakan suara yang dialami oleh pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar pada Sirekap Kamis (15/2/2024) pukul 19.00 WIB.
Saat itu tertulis, Anies-Muhaimin mendapatkan suara 31,98 persen, sedangkan paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka meraih suara 51,63 persen, untuk paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD mendapat suara 16,4 persen.
Data itu kemudian berubah pukul 20.30 WIB, suara Anies-Muhaimin merosot dari 31,98 persen menjadi 25,43 persen.
"Kenapa, ternyata ada satu TPS di Lampung itu dikasih suara 3,5 juta, ini nggak tau kesalahan apa disengaja atau apa, tapi ini menimbulkan kehebohan kemarin viral," katanya dalam konferensi pers secara daring, Sabtu (17/2/2024).
Ismail Fahmi mengatakan, kesalahan Sirekap bukan hanya terjadi untuk suara paslon Anies-Muhaimin saja, tetapi juga terjadi pada paslon Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud.
Hal ini sebenarnya telah diprediksi oleh beberapa gerakan sipil untuk pengawalan pemilu, karena sistem Sirekap dinilai belum diuji untuk penyelenggaraan di tingkat.
"Pertama, kami diskusi dengan teman-teman Perludem, Elsam juga, mereka melihat sirekap ini belum siap, belum dites luas sehingga ketika di rollout luar biasa banya, banyak sekali masalah dan mereka sudah menduga itu terjadi," imbuh dia.
Berdasarkan hasil quick count, partai tersebut memperoleh 16,68 persen, berada di posisi teratas diikuti Partai Golkar (15,21 persen) dan Partai Gerindra (13,44 persen).
"Margin of error quick count menunjukkan bahwa PDIP signifikan pada posisi teratas. Golkar signifikan di urutan ke-2, Gerindra signifikan di urutan ke-3," tulis Indikator Politik dalam laporannya.
Sementara itu, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Nasdem berurutan berada di posisi ketiga dan keempat dengan perolehan 10,65 persen dan 9,41 persen.
Kemudian, ada Partai Keadilan Sejahtera (8,26 persen), Partai Demokrat (7,58 persen), dan Partai Amanat Nasional (6,88 persen) yang diprediksi akan duduk di urutan 6-8.
"Namun demikian PKS secara statistik tidak signifikan lebih besar ketimbang Demokrat, tapi signfikan lebih besar ketimbang PAN. Dan Demokrat juga tidak signifikan lebih besar ketimbang PAN," tulis Indikator.
Menurut hasil quick count, hanya 8 partai politik di atas yang diperkirakan bakal melenggang ke DPR, sedangkan partai lainnya tidak memenuhi ambang batas parlemen 4 persen.
Partai-partai yang diprediksi tak lolos ke parlemen itu, antara lain, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang sudah duduk di Senayan sejak masa Orde Baru.
Ada pula Partai Solidaritas Indonesia yang dipimpin putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep.
https://nasional.kompas.com/read/2024/02/19/05000031/-populer-nasional-analisis-suara-anies-turun-di-sirekap-quick-count