Salin Artikel

Saat Kemasi Barang, Mahfud Tunjukkan Ruang Rapat "Rahasia" yang Kedap Suara

Hari ini, Mahfud mengemas barang-barangnya untuk meninggalkan kantor setelah bernaung selama hampir 4,5 tahun di sana.

Ia memutuskan mundur dari jabatannya sebagai menteri koordinator karena maju sebagai calon wakil presiden pendamping Ganjar Pranowo.


Pantauan Kompas.com di lokasi, Mahfud dibantu beberapa staf kepercayaannya saat mengemas barang.

Tumpukan buku setinggi 20-30 sentimeter yang berjajar di samping meja kerjanya mulai dipindahkan ke dalam kardus besar berwarna coklat muda.

Sesekali ia berkeliling, mengecek beberapa barang untuk turut dikemas.

"Ini data-data yang pribadi. Apalagi ya? Ini lukisan-lukisan," kata Mahfud menunjukkan beberapa berkas yang dia taruh ke dalam kardus.

Sedangkan barang lainnya, termasuk komputer kerja dan alat tulis masih tersusun rapi di atas meja kerja.

Ruang rapat "rahasia"

Saat kardus mulai penuh dengan barang-barang, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu lantas menunjukkan beberapa ruang lain yang kerap ia pakai saat bekerja sebagai Menko.

Ruangan itu tepat berada di depan meja kerjanya, hanya tersekat oleh sebuah pintu kayu.

Di dalamnya, ada beberapa kursi berjejer berhadapan, bahkan jumlahnya kurang dari 10.

"Langsung di depan meja Menko, di mana kalau rapat sangat tertutup diadakan di sini. Tertutup dan terbatas, 4-5 (orang)," kata Mahfud saat menjelaskan ruangan tersebut.

Apalagi, rapat-rapat di Kemenko Polhukam tidak selalu berdasarkan undangan.

Terkadang, rapat diadakan setelah ia menelepon beberapa menteri maupun pimpinan lembaga.

Ruang rapat dengan kursi terbatas ini adalah ruang kedap suara tanpa CCTV.

Ia mengungkapkan, kerap membahas isu-isu penting, bahkan mungkin yang paling rahasia sekalipun di sana.

"Kalau misalnya saya mau bicara berdua dengan Kapolri (salah satunya) di sini, berdua, bertiga. Di sini kedap, enggak bisa (didengar)," ungkap Mahfud.

Di dalam ruang itu, ada pintu lagi yang terhubung dengan ruang rapat yang lebih besar dan lebih luas.

Biasanya, ruang itu digunakan bila peserta rapat lebih banyak, mencapai belasan orang.

"Itu ruang rapat yang agak luas. Kalau rapat antar kementerian yang di bawah Kemenko itu kan ada (rapat juga). (Kapasitasnya bisa sampai) 17 orang, rapat-rapat menteri," kata Mahfud.

Alasan mundur

Ia berasalan, keputusan mundur sebagai menteri diambil karena urusan politik.

Sebab, ia menjadi calon wakil presiden nomor urut 3 pendamping Ganjar Pranowo.

Artinya, kata Mahfud, pemberhentian ini bukan karena ada konflik di kabinet.

Keputusan ini pula bukan diambil secara mendadak.

Sebelum memutuskan mundur, ia sempat mencoba menjalani masa kampanye 3-4 bulan saat masih menjabat sebagai Menko.

Namun, hal itu tidak mudah pula dijalani.

Dalam beberapa kunjungan, misalnya, sulit membedakan kunjungannya sebagai cawapres atau sebagai menteri.

"Terkadang terasa ada konflik kepentingan ketika saya berkunjung ke daerah sebagai Menko, tidak sebagai cawapres. Terkadang ada saja orang berteriak "Bapak Cawapres"," ungkap Mahfud.

"Jadi menjadi tidak enak, sehingga saya yang harus berhenti jalan atau berkunjung ke mana-mana sebagai Menko Polhukam, karena conflict of interest tidak bisa terelakkan antara melaksanakan tugas Menko dan kampanye, kadang kala sulit dibedakan," kata Mahfud.

https://nasional.kompas.com/read/2024/02/02/11110321/saat-kemasi-barang-mahfud-tunjukkan-ruang-rapat-rahasia-yang-kedap-suara

Terkini Lainnya

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Nasional
Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Nasional
Lemhannas Kaji Dampak Meninggalnya Presiden Iran dalam Kecelakaan Helikopter

Lemhannas Kaji Dampak Meninggalnya Presiden Iran dalam Kecelakaan Helikopter

Nasional
Emil Dardak Sindir Batas Usia yang Halangi Anak Muda Maju saat Pemilu

Emil Dardak Sindir Batas Usia yang Halangi Anak Muda Maju saat Pemilu

Nasional
Masyarakat Sipil Minta DPR Batalkan Pembahasan Revisi UU TNI karena Bahayakan Demokrasi

Masyarakat Sipil Minta DPR Batalkan Pembahasan Revisi UU TNI karena Bahayakan Demokrasi

Nasional
Aksi Cepat Tanggap Kementerian KP Bantu Korban Banjir Bandang dan Longsor di Sumbar

Aksi Cepat Tanggap Kementerian KP Bantu Korban Banjir Bandang dan Longsor di Sumbar

Nasional
Bertemu PBB di Bali, Jokowi Tegaskan Akar Konflik Palestina-Israel Harus Diselesaikan

Bertemu PBB di Bali, Jokowi Tegaskan Akar Konflik Palestina-Israel Harus Diselesaikan

Nasional
Lemhannas: Transisi Kepemimpinan Jokowi ke Prabowo Relatif Mulus, Tak Akan Ada Gejolak

Lemhannas: Transisi Kepemimpinan Jokowi ke Prabowo Relatif Mulus, Tak Akan Ada Gejolak

Nasional
Jokowi Sampaikan Dukacita atas Meninggalnya Presiden Iran

Jokowi Sampaikan Dukacita atas Meninggalnya Presiden Iran

Nasional
Laporkan Dewas KPK yang Berusia Lanjut ke Bareskrim, Nurul Ghufron Tak Khawatir Dicap Negatif

Laporkan Dewas KPK yang Berusia Lanjut ke Bareskrim, Nurul Ghufron Tak Khawatir Dicap Negatif

Nasional
Bertemu Presiden Fiji di Bali, Jokowi Ajak Jaga Perdamaian di Kawasan Pasifik

Bertemu Presiden Fiji di Bali, Jokowi Ajak Jaga Perdamaian di Kawasan Pasifik

Nasional
Saat Revisi UU Kementerian Negara Akan Jadi Acuan Prabowo Susun Kabinet, Pembahasannya Disebut Kebetulan...

Saat Revisi UU Kementerian Negara Akan Jadi Acuan Prabowo Susun Kabinet, Pembahasannya Disebut Kebetulan...

Nasional
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Dewas KPK Ke Bareskrim Polri Atas Dugaan Pencemaran Nama Baik

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Dewas KPK Ke Bareskrim Polri Atas Dugaan Pencemaran Nama Baik

Nasional
Marinir Ungkap Alasan Tak Bawa Jenazah Lettu Eko untuk Diotopsi

Marinir Ungkap Alasan Tak Bawa Jenazah Lettu Eko untuk Diotopsi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke