Salin Artikel

Menikmati Gibran sebagai Kuda Troya Dalam Debat Cawapres 2024

Ibarat mitologi itu, tak disangka Gibran Rakabumung Raka yang berada dalam Kuda troya merangsek keluar.

Satu keberuntungan Gibran sang "Kuda Troya", karena sedari awal dianggap inferior dibandingkan dua kompetitornya, Muhaimin Iskandar karena jam terbangnya sebagai politisi kawakan, ataupun Prof Muhammad Mahfud MD yang dianggap paripurna karena pernah menyambet jabatan prestisius di tiga rumpun "trias politica" sekaligus (sebagai menteri, hakim MK, dan anggota DPR).

Sedangkan Gibran meski punya sederet prestasi sebagai kepala daerah tetap dianggap underdog untuk dunia perdebatan politik. Semua underestimated, istilah "belimbing Sayur", "Samsul", "bocah ingusan" disematkan untuknya. Namun di momen Debat perdana Cawapres, Gibran tampil mengejutkan.

Setelah tiga menit pertama membuka debat, terasa Gibran sebagai sosok lain yang visioner. Penyampaiannya memiliki unsur teknokratik yang menguasai tema perdebatan, pembedaharaan diksinya memadai, responsif.

Pada menit-menit berikut, juga mulus memaparkan program, atau sekadar melempar dan menangkis pertanyaan-pertanyaan "jebakan batman".

Debat Cawapres telah membalikkan 180 derajat tanggapan publik tentang Gibran yang menempatkannya sebagai tokoh nasional, yang terkesan solutif, otoritatif, dan tak kalah piawai meski harus vis a vis dengan seorang profesor dan ketua umum partai yang bertahta hampir 20 tahun.

Debat membuka migrasi suara

Di dapur riset kualitatif LSI Denny Ja, Tim LSI mencoba mengulik efek debat cawapres, menggunakan panel eksperimen sebelum dan pascadebat.

Jawaban partisipan beragam terkait substansi dan gaya bahasa masing-masing kandidat.

Namun menyoal siapakah pemenang debat, semua surprisely. Tabulasi data menempatkan Gibran paling unggul, bahkan di empat kelompok eksperimen berbeda, yaitu di mereka yang netral maupun pendukung paslon satu, paslon tiga, dan tentu saja paslon dua.

Meski di sesi pemilih kelas menengah atas secara objektif mengakui keunggulan debat Gibran, namun kecil yang mau mengubah pilihan pascamenonton debat.

Berbeda dengan mereka kelas menengah atau menengah bawah, di semua kelompok eksperimen, mereka cenderung terbuka memilih kemungkinan untuk mengubah sikap politiknya.

Temuan ini sekaligus menjadi antitesa riset Mckinney dan Warner bahwa debat hanya berpengaruh di kalangan undecided voters (pemilih yang belum memutuskan pilihan) saja.

Sedangkan temuan kualitatif di atas membuktikan, khususnya di pemilih kelas menengah dan menengah bawah, besar mempertimbangkan debat sebagai kanal, yang tidak hanya menebalkan iman politinya, melainkan sebagai pintu migrasi suara, bagi pemilih lemah, atau mengambang (swing voters) masing-masing kandidat.

Namun problematiknya, penetrasi penonton debat masih kecil, meski terbantu dengan aneka duplikasi di media sosial.

Namun ketika debat merangsek ke media sosial, tayangannya tidak lagi utuh, ia hanya berupa remah-remah yang telah dipilah dan di-frame untuk kepentingan tim kampanye.

Masalahnya minimnya penonton, terkait kebijakan yang belum mengarus utamakan penetrasi debat sebagai agenda utama nasional. Frekuensi publik wajib dimaksimalkan, setidaknya selama dua jam saja saat debat, untuk memperluas jangkauan pemirsa.

Maka hemat penulis, jika jangkauan debat meningkat, ditambah format debat lebih interaktif untuk para kandidat dan panelis saling menguji program, mempertanyakan track record hingga kompetensi secara mendalam, maka prefensi publik dalam menilai, dan mengubah arah dukungan dapat terbuka.

Dengan demikian, arah debat tidak sekadar jadi ajang menggugurkan kewajiban peserta pemilu, namun ruang temu, pikiran, gagasan, dan komitmen memimpin.

Sisi lain Debat yang mengedukasi

Riset membuktikan persuasif kandidat lewat debat, memungkinkan menyasar kelompok yang menanti dinamika isu dengan tawaran gagasan dan program.

Namun setidaknya para kandidat perlu menyiapkan dua aspek untuk memenangkan simpati publik.

Pertama aspek pesan, yaitu tidak sekadar gaya bicara, memilih diksi yang tepat, namun perlu mengekstraksi gagasan dalam membangun aspek memoria yang ringan, namun kuat untuk diingat khalayak.

Pesan itu harus memiliki koherensi, di mana pesannya harus runtut dan konsisten, tidak hanya saat debat, namun antara pesan dalam debat dan pesan kandidat pada masa sebelum debat.

Pesan kandidat juga harus merepresentasikan rasionalitas publik, tidak bersembunyi di pesan-pesan populis yang manis didengar, tetapi belum tentu mudah diaplikasikan. Juga pesan kampanye harus akurat menggambarkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat.

Aspek kedua selain pesan adalah teknik penyampaian, seperti teknis persuasi, intonasi, ekspresi kontak mata, menajemen forum untuk menyampaikan, termasuk di dalam gestur menyapa dan penggunaan durasi waktu yang terbatas, wajib dipertimbangkan semua kandidat dalam memboboti kualitas debatnya.

Terlepas semua rekomendasi itu, panggung debat adalah momentum tidak hanya memperkenalkan kandidat dan gagasannya, namun harus menjelma menjadi kontrak dan ikrar komitmen politik pasangan calon, yang dapat ditagih kemudian hari.

Rasionalitas publik juga dituntut hadir untuk mengembangkan apa yang sebut “fact checking” untuk menguji kembali apakah gagasan kandidat telah sesuai dengan fakta, data, dan bukan sentimen personal kandidat semata.

Dengan tersisa tiga debat pilpres kedepan, pemilih diharapkan tidak loncat tahap komunikasi. Dalam debat semestinya dimaknai sebagai fase "brainstorming", yaitu membincangkan semua atribusi kandidat, melihat kandidat sebagai daftar menu, sajian tersaji lengkap dengan kandungan bumbu-bumbunya.

Penting untuk khalayak menunda keyakinan hingga memiliki keyakinan utuh tentang kandidat.

Setelah itu masuk ke fase "consolidation", publik ikut terlibat untuk meningkatkan partisipasi publik dalam pemilu.

Terakhir apapun hasilnya, ketiga paslon capres-cawapres adalah putra-putra terbaik yang memiliki kapasitas memimpin sehingga harus diberikan kepercayaan.

Dan kita semua masuk di fase "reconciliation". Penyatuan nasional untuk memastikan kapal besar Indonesia, mengarungi samudera kemajuan, sebagai bangsa Besar.

https://nasional.kompas.com/read/2023/12/25/05585991/menikmati-gibran-sebagai-kuda-troya-dalam-debat-cawapres-2024

Terkini Lainnya

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Datangi Rumah Airlangga, Klaim Sudah Didukung Golkar Maju Pilkada Jatim

Khofifah-Emil Dardak Datangi Rumah Airlangga, Klaim Sudah Didukung Golkar Maju Pilkada Jatim

Nasional
Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Dilarang Bentangkan Spanduk dan Bendera di Arab Saudi

Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Dilarang Bentangkan Spanduk dan Bendera di Arab Saudi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke